Europol Pantau Komunikasi Online Mengantisipasi Aktivitas Terorisme

Tangkapan layar dari laporan Europol. | Foto: www.europol.europa.eu

Cyberthreat.id - Europol bersama stakeholder terkait memantau komunikasi online jaringan teroris pada berbagai media dan platform. Terdapat empat golongan terorisme yang dipantau yakni golongan "jihadis" teroris yang mengatasnamakan Islam; golongan teroris ekstrimis kanan, golongan teroris ekstrimis kiri; serta golongan teroris anarkis.

Laporan terbaru yang diterbitkan Europol bertajuk "Terrorism Situation and Trend Report 2020", menyebut golongan teroris ekstrimis kanan mendapat perhatian khusus dalam aktivitas dan jaringan komunikasi online. Menurut laporan, terjadi penurunan serangan ekstrimis kanan di tahun 2018, namun sepanjang tahun 2019, Uni Eropa melaporkan total enam serangan teroris sayap kanan (satu selesai, satu gagal, empat digagalkan), dibandingkan dengan satu serangan teroris pada 2018.

Selain itu, beberapa serangan tidak diklasifikasikan sebagai terorisme di bawah hukum nasional setempat. Misalnya serangan ekstrimis sayap kanan yang dilaporkan oleh Jerman dan merenggut nyawa tiga orang.

Tahun lalu, serangan kaum sayap kanan di Christchurch (Selandia Baru), Poway (AS), El Paso (AS), Baerum (Norwegia) dan Halle (Jerman) adalah bagian dari gelombang insiden kekerasan ekstrimis kanan di seluruh dunia.

"Para pelaku merupakan bagian dari komunitas online trans-nasional serupa dan saling mengambil inspirasi satu sama lain," tulis Europol di situsnya, Selasa (23 Juni 2020).

Ekstremis sayap kanan yang dikenal kejam selalu memelihara hubungan internasional, misalnya melalui partisipasi dalam konser musik dan demonstrasi yang menandai peristiwa bersejarah di berbagai negara Uni Eropa.

Ideologi ekstremis sayap kanan tidak seragam dan tumbuh dari berbagai sub-arus. Mereka disatukan dalam penolakan terhadap keanekaragaman dan hak-hak minoritas. Salah satu elemen ideologi sayap kanan yang kejam adalah kepercayaan pada superioritas 'ras kulit putih', yang harus menjalani 'perang ras' dengan ras lain.

Sementara itu, jumlah serangan teroris ekstrimis kiri dan kaum anarkis pada tahun 2019 tercatat sebanyak 29 kasus. Jumlah itu hampir menyamai catatan di tahun 2016 dan 2017, namun tahun 2018 mengalami penurunan.

"Semua serangan ekstrimis kiri hanya terjadi di Yunani, Italia atau Spanyol."

Propaganda Sepanjang 2019

Propaganda jihadis dan ekstremis sayap kanan selalu menghasut individu untuk melakukan tindakan kekerasan secara mandiri dan memuji pelaku masing-masing sebagai 'martir' (bagi jihadist) atau 'orang suci' atau Saints (bagi ekstrimis kanan).

ISIS, terorisme Jihadist, yang dulunya sempat memiliki media dan jaringan propaganda online mulai berkurang dalam hal volume, konten, potensi, dan kedekatan. Itu terjadi setelah kelompok ISIS kehilangan sebagian besar wilayah, fasilitas, dan personel produksi media.

Tetapi, konten-konten yang mendukung ISIS dan ancaman terorisme terus diproduksi oleh pendukung mereka secara online. Kini, produksi konten dilakukan melalui berbagai outlet propaganda online bergaya pribadi.

"Langkah-langkah yang diambil oleh platform media sosial untuk melawan penyebaran propaganda teroris membuat beberapa kelompok teroris ini kembali ke cara-cara komunikasi online 'tradisional', termasuk situs web dan portal berita."