Anonymous Camera, Aplikasi Multimedia yang Cocok untuk Reportase Investigasi
Cyberthreat.id – Aplikasi Anonymous Camera tak ada bedanya dengan aplikasi fotografi lain. Memotret atau merekam, lalu menghasilkan subjek foto/video.
Bedanya, Anonymous Camera—seterusnya disingkat AC—mampu menganonimkan subjek foto. Jika biasanya sebuah kamera sangat jelas mengidentifikasi wajah, aplikasi satu ini menyembunyikannya demi alasan keamanan dan privasi.
Aplikasi ini sangat cocok untuk dipakai merekam atau memotret sumber yang tidak ingin diketahui publik.
Bahkan, ketika jurnalis melakukan investigasi di wilayah rawan sensor, ketika perangkat disita, file yang ada tak mencantumkan informasi apa-apa, selain semua file dalam kondisi tersensor.
Aplikasi ini juga mendukung perekaman video layar terbagi sehingga subjek wawancara dapat disembunyikan, sedangkan pewawancara terlihat jelas.
Aplikasi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) baru pertama kali dirilis di App Store atau khusus di perangkat iOS pada 11 Juni lalu; belum jelas apakah versi Android akan tersedia. Aplikasi ini gratis, tapi ada yang berbayar (US$ 1,99) untuk fitur lebih lengkap.
AC dibuat oleh perusahaan rintisan (startup) AI asal London, Playground bekerja sama dengan sejumlah jurnalis investigasi yang menginginkan merekam dengan anonim.
Pengujian Anonymous Camera oleh The Verge. Tidak bisa bekerja subjek berjumlah banyak.
Gabriel Mitchel dan Aaron Abentheuer, salah satu pendiri Playground, mengatakan, mereka terinspirasi untuk membuat AC setelah membaca laporan wartawan di Uni Emirat Arab yang menulis tentang penganiayaan terhadap kelompok LGBT.
Mereka mulai mengerjakan aplikasi pada tahun lalu ketika demonstrasi politik di Hong Kong memanas.
Paul Radu, jurnalis investigasi yang meliput kasus korupsi dan kejahatan terorganisasi dengan OCCRP, yang membantu menerbitkan Panama Papers, termasuk salah satu pengguna awal AC.
Radu mengatakan, telah memakai AC dalam reportasenya untuk merekam video dengan subjek wawancara secara anonim.
"Aplikasi ini membangun kepercayaan dan keamanan yang hampir instan dan sangat penting," kata Radu kepada The Verge yang diakses Senin (15 Juni 2020).
Foto: Playground
Ia menunjukkan kepada orang yang diwawancarai bagaimana aplikasi mengaburkan identitas mereka secara real-time, sehingga mereka yakin bahwa tidak ada video tanpa sensor yang ditangkap.
"Mudah dijelaskan kepada orang yang diwawancarai dan mudah ditampilkan," kata dia.
Meski ini bukan ‘peluru perak’ (baca: solusi) untuk privasi, AC menawarkan fitur paling komprehensif dan mudah digunakan.
AC bekerja dengan pembelajaran mesin (machine learning) untuk mengindentifikasi orang-orang dalam gambar dan video, lalu mengaburkannya, membuat piksel, atau memblokir seluruh wajah, bahkan tubuh.
Fitur mampu memblokir wajah atau tubuh lebih bagus karena beberapa metode kabur (blur) atau pikselisasi mudah dipecahkan.
AC juga mampu mendistorsi suara dalam video dan menghapus metadata apa pun yang secara otomatis tertanam dalam file. Metadata ini termasuk waktu foto/video saat diambil juga geolokasi.
“Bahkan, jika Anda menganonimkan seseorang dalam foto, informasi ini dapat mengungkapkan banyak hal, apakah itu dibagikan secara tidak sengaja secara online atau diambil kemudian saat perangkat dianalisis,” tulis The Verge.
Yang menarik, AC memproses konten secara real time di perangkat, “sesuatu yang tidak mungkin dilakukan sebelum ada kemajuan terbaru dalam AI”.
Jadi, jika telepon seseorang disita di kemudian hari, tidak ada file yang tidak disensor—alias semua file yang tersedia dalam kondisi tersensor.
Dalam pengujian di kerumunan massa di ruang publik, AC tidak sempurna untuk menganonimkan banyak orang sekaligus. AC hanya bisa menganonimkan subjek foto yang dalam jarak tertentu.
Playground mengatakan semua hasil dari bulan pertama penjualan akan disumbangkan ke organisasi nonprofit Black Visions Collective yang berbasis di Minnesota dan kolaborasi media nirlaba Unicorn Riot.[]
Redaktur: Andi Nugroho