Facebook Meretas Akun Pengguna untuk Mengumpulkan Bukti Kejahatan Predator Seksual

Ilustrasi

Cyberthreat.id - Selama bertahun-tahun, seorang pria asal California melecehkan dan meneror gadis-gadis muda menggunakan aplikasi chat, email, dan Facebook. Buster Hernandez, juga dikenal sebagai "Brian Kil", memeras gadis-gadis korbannya dengan gambar dan video telanjang lalu mengancam akan membunuh dan memperkosa mereka.

Pelaku juga mengirim ancaman khusus seperti pesan dan grafis untuk menakuti korban. Misalnya, dia akan melakukan penembakan massal dan pemboman di sekolah korban jika tidak mengiriminya foto dan video yang eksplisit secara seksual.

Brian Kil adalah seorang penjahat yang gigih dan sangat mahir menyembunyikan identitas aslinya. Facebook kemudian mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya guna membantu FBI yakni dengan meretas Brian Kil.

Peretasan itulah yang membuat Facebook berhasil mengumpulkan bukti-bukti yang mengarah pada penangkapan Buster Hernandez hingga mengakui perbuatannya.

"Aku ingin meninggalkan jejak kematian dan kebakaran (di sekolahmu)," demikian bunyi salah satu ancaman Brian Kil kepada korbannya di tahun 2015.

"Aku akan mendatangi sekolahmu besok dengan kondisi tak terlihat. Aku akan membantai seluruh kelasmu dan menyelamatkanmu untuk yang terakhir.  Aku akan membungkuk kepadamu saat dirimu menjerit dan menangis lalu memohon ampun sebelum menggorok lehermu dari telinga ke telinga."

Pihak Ketiga

Facebook menggandeng pihak ketiga untuk mengembangkan exploit dan tidak secara langsung memberitahukan exploit tersebut kepada FBI. Tidak jelas apakah FBI tahu bahwa Facebook juga terlibat dalam pengembangan exploit tersebut. Menurut sumber internal, penangkapan Brian Kil adalah pertama kali dan satu-satunya Facebook pernah membantu penegakan hukum dengan meretas target.

Kolaborasi antara Facebook, FBI, dan pihak ketiga menyoroti beberapa hal. Pertama, kemampuan teknis Facebook seperti melakukan peretasan terhadap Brian Kil. Kedua, perusahaan apa yang bekerja sama dengan Facebook mengembangkan Exploit sehingga meretas Brian Kil. Ketiga, menimbulkan pertanyaan etis seperti kapan kerja sama terjadi serta bolehkah perusahaan swasta membantu peretasan penggunanya.

FBI dan Facebook menggunakan apa yang disebut eksploitasi nol-hari (zero-day Exploit) dalam sistem operasi yang berfokus pada privasi. Exploitasi ini secara otomatis mengarahkan semua lalu lintas internet pengguna melalui jaringan anonimitas Tor. Inilah yang membuka kedok alamat IP asli Hernandez, yang pada akhirnya menyebabkan dia bisa dilacak dan ditangkap.

Seorang juru bicara Facebook mengatakan kepada Motherboard bahwa ia bekerja dengan "pakar keamanan" untuk membantu FBI meretas Hernandez.

"Satu-satunya hasil yang dapat kami terima adalah Buster Hernandez harus bertanggung jawab atas pelecehannya terhadap gadis-gadis muda," kata juru bicara Facebook dilansir VICE, Rabu (10 Juni 2020).

"Ini adalah kasus yang unik karena dia menggunakan metode canggih untuk menyembunyikan identitasnya, sehingga kami mengambil langkah luar biasa yakni berkolaborasi dengan pakar keamanan untuk membantu FBI membawanya ke pengadilan."

Mantan karyawan di Facebook yang biasa menangani masalah pelecehan mengatakan tindakan Buster Hernandez sangat ekstrem sehingga perusahaan yakin tindakan peretasan akan mendapatkan dukungan dan segera bertindak.

"Tidak ada risiko sama sekali bagi pengguna selain orang ini (Brian Kil) yang kemungkinan bisa menyebabkan kerusakan jauh lebih besar. Kami tidak akan pernah melakukan perubahan yang memengaruhi orang lain, seperti enkripsi pintu belakang (Backdoor)," kata mantan karyawan Facebook tersebut.

"Karena tidak ada risiko privasi lainnya, dan dampak kejahatan ini kepada manusia lain sangat besar, saya tidak merasa seperti kami punya pilihan lain."

Dalam sebuah laporan disebutkan kejahatan yang dilakukan Buster Hernandez sangat keji. Dakwaan FBI adalah bacaan yang memuakkan. Dia mengirim pesan kepada gadis-gadis di bawah umur di Facebook dan mengatakan sesuatu.

"Hai, saya harus menanyakan sesuatu kepada Anda. Agak penting. Berapa banyak pria yang Anda kirim foto (video) telanjang karena saya memiliki beberapa," demikian laporan menurut catatan pengadilan.

Selanjutnya, ketika seorang korban merespons, Brian Kil akan menuntutnya untuk mengirim video dan foto dirinya yang eksplisit secara seksual. Jika tidak, ia akan mengirim foto telanjang korban kepada teman-teman dan keluarganya.

Padahal, kenyataannya Brian Kil tidak memiliki foto telanjang. Jadi, dia hanya memainkan ancaman kepada gadis-gadis yang kemudian merasa ketakutan.

Dalam beberapa kasus, selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, Brian Kil meneror korbannya terus menerus dan mengancam akan menyebarkan foto dan video ke publik. Dia juga mengirim korban ancaman pemerkosaan lalu menyerang dan membunuh keluarga korban, menembak atau membom sekolah korban jika tidak mengirim gambar dan video yang eksplisit secara seksual.