Ratusan Akun Supremasi Kulit Putih Tebar Provokasi, Facebook Langsung Takedown

Ilustrasi

Cyberthreat.id - Facebook menghapus hampir 200 akun media sosial yang terhubung dengan kelompok supremasi kulit putih. Akun-akun tersebut berusaha mendorong para anggotanya untuk menghadiri protes atas kekerasan polisi terhadap orang kulit hitam.

Dua kelompok supremasi kulit putih yang terkait akun-akun itu adalah kelompok kebencian yang telah dilarang yaitu Proud Boys dan the American Guard. Postingan akun-akun itu sangat provokatif dan berusaha untuk mengeksploitasi protes yang sedang berlangsung akibat kematian George Floyd di Minneapolis.

"Kami melihat kelompok-kelompok ini mengumpulkan pendukung dan anggotanya. Mereka mempersiapkan diri secara fisik mendatangi protes dan dalam beberapa kasus membawa senjata," kata Brian Fishman, Direktur Kebijakan Kontra Terorisme dan organisasi berbahaya Facebook dilansir Associated Press, Sabtu (6 Juni 2020).

Facebook tidak bersedia membocorkan detail akun pengguna, seperti rencana spesifik mereka untuk protes, bikin rusuh, atau di mana mereka tinggal di wilayah Amerika Serikat (AS). Perusahaan mengatakan sekitar 190 akun telah dihapus secara keseluruhan.

Gerakan Proud Boys dan American Guard telah dilarang Facebook sejak lama karena melanggar aturan yang meluapkan ucapan kebencian. Facebook menegaskan akan bertindak tegas dan terus menghapus halaman baru, grup-grup, atau akun yang dibuat oleh pengguna yang berusaha melanggar aturan.

Pekan lalu Facebook mengatakan telah membatasi penyebaran grup dan halaman yang terhubung dengan istilah "Boogaloo". Istilah itu digunakan beberapa kelompok sayap kanan untuk merujuk pada Perang Sipil Amerika kedua yang diperkirakan akan datang akibat kerusuhan sipil. Facebook mengatakan tidak akan pernah merekomendasikan perpecahan dan konflik kepada pengguna.

Pada Jumat (5 Juni 2020) pekan lalu, Facebook mengumumkan langkah untuk membasmi jaringan akun palsu di platform-nya, yang digunakan dalam upaya memanipulasi opini publik, beroperasi di wilayah Afrika dan Irak. 

Ditemukan ratusan akun Instagram dan Facebook palsu dibuat di Tunisia yang diduga mempengaruhi pemilihan umum di negara tersebut dan negara-negara berbahasa Prancis lainnya di Afrika sub-Sahara.

Akun dan halaman yang dibuat menyamar sebagai warga lokal, politisi dan media massa. Lebih dari 3,8 juta akun mengikuti satu atau lebih halaman, dan lebih dari 171.000 orang mengikuti salah satu akun Instagram palsu.

Jaringan akun dan halaman palsu itu terungkap oleh Laboratorium Riset Forensik Digital (DFRL) Dewan Atlantik. Dalam laporan mereka, para peneliti di DFRL memperhatikan semakin banyak perusahaan PR yang berkecimpung dalam bisnis hoax dan manipulasi online.

Facebook juga menonaktifkan jaringan lain dari 102 akun Instagram dan Facebook palsu yang digunakan untuk menyamar sebagai politisi lokal dan organisasi berita di wilayah Kurdi, Irak utara. Ratusan akun itu menargetkan audiens domestik di Kurdistan yang terkait dengan layanan intelijen Kurdi. []

Redaktur: Arif Rahman