Hacker Mengamuk, 135 Miliar Serangan Siber Terjadi Usai Kematian George Flyod

Ilustrasi Cloudflare

Cyberthreat.id - Firma keamanan siber Cloudflare merilis data bagaimana kematian pria Afro-Amerika, George Flyod, pada 25 Mei lalu tak hanya memicu protes di jalanan, namun juga berdampak pada meningkatnya serangan siber. Para peretas dilaporkan menyasar situs pemerintah dan layanan publik.

"Seperti kita tahu, protes dan kekerasan yang terjadi di dunia nyata biasanya disertai dengan serangan di internet," ujar Cloudflare dalam laporan yang dirilis pada 3 Juni lalu.

Menurut laporan itu, ada 135 miliar serangan siber pada akhir Mei lalu. Jumlah itu melonjak 17% dari bulan sebelumnya yang tercatat sekitar 116 miliar serangan siber.

Tak hanya menyasar situs pemerintah, kali ini website milik para advokat dan firma hukum serta beberapa situs anti-rasisme turut menjadi sasaran. Serangan terhadap kelompok yang sering disebut sebagai 'social justice warrior' ini meningkat hingga 1.120 kali lipat. Menariknya, bulan lalu kelompok ini nyaris tidak mengalami serangan siber.

Serangan siber terhadap situs pemerintahan di 30 dan 31 Mei meningkat 1,8 kali lipat dibanding minggu terakhir April. Sedangkan serangan terhadap situs militer melonjak 3,8 kali lipat dibanding April.

Menurut Cloudflare, jenis serangan yang dilancarkan seperti Distributed Denial of Service (DDoS) dengan membanjiri trafik untuk melumpuhkan sebuah situs atau aplikasi.

"Jika melihat kejadian yang sudah-sudah, orang-orang yang menentang penindasan, sayangnya, akan terus dijejali dengan serangan siber yang bakal bikin mereka bungkam," kata Cloudflare.[]