Jejak Staf Khusus Presiden Billy Mambrasar di Silicon Valley ala Indonesia
Cyberthreat.id - Nama lengkapnya Gracia Billy Yasophat Y Mabrasar, namun lebih dikenal dengan Billy Mambrasar. Pada November 2019, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan namanya termasuk dalam tujuh staf khusus presiden berusia muda yang disebut sebagai staf khusus milenial. Saat itu, Billy berusia 31 tahun.
Sebelumnya, Billy adalah pendiri Yayasan Kitong Bisa, sebuah lembaga sosial yang didirikan untuk mengurusi pendidikan anak-anak tidak mampu di Papua. Mereka diberi pelatihan ketrampilan agar bisa bersaing di dunia kerja.
Staf khusus milenial presiden belakangan menjadi sorotan. Dua diantaranya telah mengundurkan diri pada pertengahan April lalu. Mereka adalah Adamas Belva Syah Devara (CEO Ruangguru) dan Andi Taufan yang merupakan CEO PT Amartha Mikro Fintek.
Keduanya mundur dalam waktu berdekatan. Pemicunya: konflik kepentingan. Belva mundur setelah platform Ruangguru terpilih sebagai salah satu mitra pemerintah untuk jual beli video pelatihan online di program kartu prakerja. Sedangkan Taufan mundur setelah suratnya untuk camat di seluruh Indonesia memantik kontroversi. Dalam surat yang menggunakan kop resmi Sekretariat Kabinet RI itu, Taufan meminta para camat mendukung perusahaan pribadinya yaitu PT Amartha Mikro Fintek untuk melakukan edukasi seputar Covid-19 di desa-desa.
Dalam kasus Andi Taufan, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Donny Gahral menyebutkan, Istana Kepresidenan telah memberi teguran keras kepada Andi Taufan.
"Yang bersangkutan sudah ditegur keras dan sudah meminta maaf secara terbuka juga melalui surat yang sudah diviralkan, yang kita tahu belakangan ini," kata Donny saat kasus itu mencuat.
Ada pun Billy, hingga kini masih menjabat staf khusus presiden meski namanya santer diberitakan terkait dugaaan penyimpangan prosedur dalam proyek Papuan Youth Innovation and Creativity Hub. Ini semacam pusat inkubasi untuk yang nantinya akan mendapat pelatihan dan suntikan modal.
"Konsepnya mirip dengan Malaysian Global Innovation & Creativity Centre (MaGIC) di Malaysia. Jadi, anak-anak muda berkumpul membuat inovasi untuk menyelesaikan beragam masalah," kata Billy pada Oktober 2019 lalu.
MaGIC yang disebut Billy adalah program di bawah Kementerian Keuangan Malaysia yang mengumpulkan perusahaan rintisan startup dalam satu kompleks di Persiaran APEC Cyberjaya, Selangor, Malaysia.
Konsep itu mengingatkan pada Silicon Valley, daerah di San Francisco, California, Amerika Serikat. Daerah yang tadinya kawasan perkebunan itu, tersohor setelah dijadikan markas sejumlah perusahaan teknologi kelas dunia seperti Apple, Google, Facebook, Intel, hingga Yahoo!.
Obsesi itulah yang mengantarkan Presiden Jokowi terbang ke Papua pada 28 Oktober 2019 dan melakukan peletakan batu pertama tanda dimulainya program 'Silicon Valley'di Timur Indonesia itu.
Nantinya, anak-anak muda Papua akan dilatih untuk pengembangan kreatifittas, bisnis, teknologi internet, pemrograman, dan dasar pengembangan startup.
Papua Youth Creative Hub akan dibangun di 7 wilayah adat di Papua. Namun tahun pertama ini akan dibangun di Kota Sorong, Provinsi Papua Barat dan Kota Jayapura. Lalu menyusul pembangunan selanjutnya di Kabupaten Wamena, Merauke, Timika, Biak dan Kabupaten Fak-fak.
"Kita harapkan muncul unicorn-unicorn baru dari Indonesia bagian timur, khususnya Tanah Papua. Akan muncul decacorn-decacorn dari sini, sehingga betul-betul kemajuan anak-anak muda yang ada di Tanah Papua betul-betul terwadahi di dalam creative hub yang segera kita bangun ini," kata Presiden Jokowi saat itu.
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan turut berpidato saat peletakan batu pertama bersama Jokowi.
"Anak-anak muda Papua perlu didukung mengembangkan jiwa kewirausahaan dengan tartup dan social entrepreneurship untuk kesejahteraan masyarakat Papua,” kata Budi Gunawan saat itu.
Papua Youth Creative Hub ini akan dibangun di atas lahan seluas 1,5 hektare di jalan VIM-Kotaraja. Pembangunannya ditergetkan selesai akhir tahun ini.
Tempat itu dikelola oleh PT Papua Muda Inspiratif. Direktur Utamanya tak lain adalah Billy Mambrasar.
Selang beberapa bulan setelah peletakan batu pertama itu, kepada awak media Billy mengatakan Presiden Joko Widodo menyetujui anggaran Rp204 miliar untuk pengembangan poyek tersebut. Tak hanya di Papua, proyek tersebut diperluas ke Maluku dengan mendirikan Maluku Youth Creativity Hub sebagai pusat pengembangan UMKM di sana.
Billy bilang, Papua Youth Creativity Hub yang dikelola oleh PT Papua Muda Inspiratif yang dia pimpin telah melahirkan dan melatih 265 pebisnis lintas bidang.
Pada 17 - 19 Februari 2020 lalu, perusahaan Billy melatih 45 pebisnis muda di Jayapura, serta meluncurkan 21 unit usaha binaan UMKM milenial di Sorong, Papua Barat dengan pendanaan UMKM
Rp144 miliar.
"Atas dorongan Pak Presiden dan support dari Pak Budi Gunawan akhirnya lahir Maluku Youth Creativity Hub yang akan menjadi pusat pengembangan UMKM di Maluku," kata Billy seperti dilansir Kumparan pada 17 Februari 2020.
Selain program pelatihan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah membuka tender untuk penyusunan dokumen lingkungan (UKL/UPL) pembangunan gedung Papua Youth Creative Hub sejak 14 April lalu. Anggarannya berasal dari ABPN 2020 sejumlah Rp802 juta.
Dipersoalkan Peneliti Ravio Patra
Jejak Billy dan perusahaannya dalam sejumlah proyek itu menarik perhatian Ravio Patra, peneliti pada Open Government Partnership yang mendorong keterbukaan infomasi publik.
Dalam diskusi online di Youtube Tempo pada 31 Mei lalu, Ravio mengatakan dirinya melihat ada keanehan dalam poyek itu.
"Ini proyek tanpa pernah ada kabar, gak ada tender, gak ada kontrak, gak ada segala macam, tiba-tiba sudah peletakan batu pertama gitu," kata Ravio.
Dari pertanyaan itu, Ravio ingin memastikan apakah proyek tersebut memiliki kontraknya atau tidak. Sebab, kata dia, ada aturan yang mengatur proyek di atas Rp 200 juta harus ada kontrak terbuka.
"Ketika saya cek ternyata itu tidak ada. Ini menarik nih, proyek sebesar ini gak ada lelangnya," kata Ravio.
Pada 21 April dini hari, Ravio sempat berkomunikasi dengan Billy Mambrasar. Dalam pesan balasannya via WhatsApp, menurut Ravio, Billy mengatakan sudah mundur. Namun, ketika Ravio meminta bukti pengunduran diri itu, Billy mengatakan pengunduran dirinya dilakukan secara lisan.
Entah ada kaitannya atau tidak, pada hari yang sama akun WhatsApp Ravio diretas. Pelaku peretasan kemudian menyebarkan pesan ajakan membuat kerusuhan. Malamnya, Ravio ditangkap belasan lelaki tak berseragam yang belakangan diketahui sebagai polisi. Ravio dibawa ke Polda Metro Jaya.
Sempat tak diketahui keberadaannya, pada 23 April 2020, Kepala Bidang Humas Polda Metro jaya Komisaris Besar Yusri Yunus mengatakan Ravio ditahan karena diduga menyebarkan ujaran kebencian.
Belakangan, polisi melepas Ravio dengan status sebagai saksi, bukan tersangka.
Ravio bersama kuasa hukumnya telah melaporkan kasus peretasan WhatsApp miliknya, namun hingga kini belum diketahui perkembangannya.
Ravio sendiri mencurigai komunikasi dengan Billy sebagai pemicu peretasan WhatsApp yang berujung penangkapan dirinya.
"Tapi saya tidak menuduh ya, masih dugaan bahwa itu menjadi trigger atas peristiwa yang menimpa saya," kata Ravio.
Cybethreat.id masih berupaya mengontak Billy Mambrasar untuk mendapatkan penjelasan darinya dan segera memperbaharui laporan ini begitu terhubung dengan Staf Khusus Milenial Presiden Jokowi itu.[]