Pelecehan Seksual Anak Meningkat Sejak Lockdown, Pedofil di Berbagai Negara Berpesta
Cyberthreat.id - Frekuensi dan jumlah insiden pelecehan seksual online yang menargetkan anak-anak meledak selama adanya Lockdown di Eropa. Polisi memperingatkan pedofil telah memanfaatkan kondisi Lockdown untuk memperbanyak korbannya.
Pandemi Covdi-19 membuat sebagian besar sekolah ditutup. Anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu secara online. Para ahli mengatakan dua kondisi tersebut menempatkan anak-anak ke dalam risiko yang lebih besar untuk pelecehan seksual.
"Anak-anak lebih rentan, mereka terisolasi, mereka tidak diawasi dengan baik saat online dan mereka menghabiskan lebih banyak waktu berinternet dari sebelumnya. Kondisi itu memungkinkan anak-anak didekati dengan cara yang berbeda atau dipaksa dan dieksploitasi," kata Cathay Delaney dari Europol.
Berdasarkan data yang dikumpulkan BBC, terungkap bahwa permintaan untuk pelecehan anak telah meningkat. Laporan materi online yang cabul dan tidak senonoh naik lebih dari dua kali lipat secara global. Jumlahnya menjadi lebih dari empat juta antara Maret dan April.
Laporan The Center for Missing and Exploited Children di Amerika Serikat (AS) mengatakan beberapa dari kenaikan materi online yang cabul dan tidak senonoh terkait dengan beberapa video mengerikan dan beredar luas.
Di Inggris, sekitar 300.000 orang dewasa dianggap sebagai ancaman bagi anak-anak. Bulan lalu (April 2020) terdapat hampir sembilan juta upaya untuk mengakses situs web pelecehan seksual anak yang sebelumnya diblokir oleh Internet Watch Foundation.
Badan anti pelecehan anak melaporkan situs tersebut ke penyedia layanan internet (ISP) yang kemudian mengatakan sejak Lockdown dimulai, terjadi penurunan 89 persen dalam penghapusan situs oleh perusahaan teknologi. Itu terjadi karena perusahaan teknologi tidak memiliki orang yang melayani hotline selama pandemi.
Di Spanyol, Polisi Nasional Spanyol mengatakan laporan video seks anak yang beredar online melonjak lebih dari 20 persen sejak sebelum Lockdown di negara tersebut dimulai 13 Maret. Sedangkan kepolisian Denmark mengungkapkan jumlah upaya untuk mengakses situs web pelecehan anak meningkat tiga kali lipat.
Di Australia, permintaan akan konten pelecehan anak meningkat. Kepolisian setelah mengatakan pengunduhan meningkat 86 persen dalam tiga pekan setelah Lockdown dimulai pada 21 Maret.
"Banyak penjahat melihat pandemi sebagai peluang untuk menargetkan anak-anak. Di Dark Web, kami mengidentifikasi forum eksploitasi anak bertema Covid-19," kata Komandan Polisi Federal Australia, Paula Hudson.
Paula mengatakan anak buahnya terus memantau forum itu yang terus berkembang lebih dari 1.000 anggota. Mereka secara aktif mendiskusikan bagaimana menemukan lebih banyak korban dengan memanfaatkan Lockdown dan Covid-19.
Filipina Heboh
Di Asia Tenggara, tepatnya di Filipina, baru-baru ini dihebohkan dengan menyeruaknya video pelecehan anak. Banyak video pelecehan anak yang biadab dipesan berdasarkan aksi pedofil yang dibuat di Filipina, tempat anak-anak diperdagangkan oleh sekelompok geng kriminal.
Anak-anak menjadi sasaran kekerasan yang mengerikan di kamera. Serangan-serangan ini disiarkan langsung ke pelanggan yang membayar di negara-negara barat, termasuk Inggris.
Pejabat di Filipina mengatakan laporan materi penyalahgunaan online telah melonjak - dari sekitar 59.000 pada Februari menjadi lebih dari 101.000 pada Maret. Filipina memulai Lockdown sejak Maret.
International Justice Mission (IJM), sebuah organisasi global yang bekerja di Filipina, mengatakan setengah dari anak-anak yang diselamatkan dari geng pelecehan anak berusia 12 tahun atau lebih muda. Lebih parahnya lagi, polisi menemukan dua korban yang masih bayi berusia kurang dari tiga bulan.
IJM mencatat kasus eksploitasi seksual anak-anak di internet meningkat 250 persen dari 23.000 menjadi 81.000 antara 2014 dan 2018. Angka tersebut memastikan reputasi gelap Filipina sebagai salah satu negara produsen konten pornografi anak terbesar di dunia.
"Eksploitasi seksual anak-anak online
adalah bentuk paling kejam dari eksploitasi seksual. Kejahatan ini melibatkan anak-anak berusia sangat muda yang kebanyakan adalah perempuan. Trauma fisik sangat kentara dan mudah disembuhkan, tapi trauma psikologis bisa berdampak selama bertahun-tahun," kata Direktur Eksekutif IJM Evelyn Pingul.
Awal bulan Mei, polisi Filipina mencegat satu geng kriminal yang membawa tiga anak ke rumah pengasuhan, yang termuda diantaranya berumur enam tahun. Detektif mencurigai anak-anak itu dipaksa untuk tampil dalam video pelecehan yang disiarkan langsung (live streaming).
Seorang wanita berusia 34 tahun yang ditangkap dalam operasi itu adalah ibu dari dua anak yang diduga dilecehkan. Fakta menyedihkan ini konsisten dengan penelitian IJM yang menemukan dua pertiga pelanggaran seksual anak disebabkan orang tua atau kerabat dekat korban.
Pelaku kekerasan terhadap anak sudah diancam dengan hukuman seumur hidup di Filipina. Beberapa legislator mengusulkan agar parlemen mengubah undang-undang itu untuk menerapkan hukuman mati. []
Redaktur: Arif Rahman