AJI Serukan Jurnalis di Era Digital Harus Melek Data Pribadi
Cyberthreat.id - Sekjen Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Revolusi Riza mengatakan wartawan/jurnalis yang bertugas di era jurnalisme digital harus melek keamanan siber (cybersecurity). Salah satunya adalah prinsip keamanan data pribadi dan informasi sensitif yang merupakan kewajiban bagi jurnalis saat menjalankan tugas.
"Memang (jurnalis) harus aware dan peduli dengan digital security. Misalnya melakukan 2FA atau MFA di setiap akun, memakai password yang kuat dan sebagainya," kata Revolusi Riza kepada Cyberthreat.id, Jumat (30 Mei 2020).
Saat ini, kepedulian jurnalis tentang keamanan digital memang masih minim. Jurnalis, kata Riza, tidak bisa lagi abai dan wajib memiliki pola pikir bahwa keamanan digital harus segera ditanamkan/diterapkan sebagai bagian dari mengikuti protokol keamanan.
Ia mencontohkan kasus doxing, teror, dan intimidasi yang baru-baru ini dialami jurnalis Detikcom. Dalam kasus tersebut, data pribadi korban dieksploitasi oleh orang-orang yang tidak menyukai tulisannya terkait sebuah pemberitaan. Nama jurnalis, nomor telepon, dan alamat disebar di internet, dari Facebook hingga Youtube.
"Menjadi jurnalis sekarang tidak bisa terlepas dari media sosial dan berbagai teknologi. Semuanya pasti ada kaitan dengan pekerjaan kita."
Selain data pribadi, Revolusi Riza juga menekankan pentingnya jurnalis mengikuti norma atau semacam "code of conduct" di ruang siber. Misalnya bagaimana bertatakrama dalam bermedia sosial.
Seperti diketahui, hampir semua orang di zaman digital memiliki identitas online melalui berbagai akun, blog, email, hingga website. Interaksi di dunia Maya sangat erat kaitannya dengan kejadian di dunia nyata. Dua dunia yang sudah menyatu dan tak terpisahkan.
"Bagaimana kita berperilaku di media sosial harus diperhatikan. Ini sama saja seperti di dunia nyata, di mana kita terikat dengan kode etik jurnalis. Kode etik bermedia sosial juga harus dijaga oleh wartawan."
Di berbagai negara, serangan cyber kerap dilancarkan terhadap politisi, selebritas, dan jurnalis Reporters Without Borders atau dikenal juga Reporter Sans Frontieres (RSF). Isu ini mendapat perhatian besar terutama dalam eksploitasi data pribadi yang digunakan untuk doxing dan pembunuhan karakter. Praktik ini berisiko bagi keselamatan pribadi jurnalis dan narasumber-nya.