Mengapa Perusahaan Teknologi Top Dunia Kucilkan Huawei?
Jakarta, Cyberthreat.id - Sejumlah perusahaan teknologi terbesar di dunia mengambil sikap berlebihan terhadap Huawei Technologies Co Ltd yang sedang berseteru dengan Pemerintah AS. Di antaranya dengan membantasi karyawannya berdiskusi soal teknologi dan standar teknis dengan pegawai perusahaan teknologi dari China itu.
Biasanya antar insinyur dari berbagai perusahaan raksasa itu mengadakan pertemuan rutin untuk menetapkan standar teknis untuk teknologi komunikasi, tentu saja termasuk generasi berikutnya dari jaringan seluler yang dikenal sebagai 5G.
Di antara perusahaan yang mengambil sikap berlebihan itu terdapat nama-nama top dunia seperti pembuat chip Intel Corp dan Qualcomm Inc, perusahaan riset seluler InterDigital Wireless Inc dan operator Korea Selatan LG Uplus.
Perusahaan-perusahaan itu mengambil sikap demikian untuk menghindari masalah dengan Pemerintah AS, walaupun Departemen Perdagangan AS tidak melarang kontak antara perusahaan dan Huawei.
Laman reuters.com melaporkan, Intel dan Qualcomm mengakui soal instruksi itu namun menolak berkomentar lebih lanjut. Sedangkan juru bicara InterDigital mengatakan telah memberikan panduan kepada para insinyur untuk memastikan perusahaan mematuhi peraturan AS.
Seorang pejabat dari LG Uplus mengatakan perusahaan "secara sukarela menahan diri berinteraksi dengan pekerja Huawei, selain bertemu untuk instalasi peralatan jaringan atau masalah pemeliharaan." Namun, LG Uplus mengatakan tidak ada kebijakan formal untuk membatasi diksusi dengan Huawei.
Huawei tidak memberikan komentar.
Sikap Berlebihan
Sejumlah pakar industri memperkirakan perang teknologi antara Amerika Serikat dan China itu tentu saja berimbas pada melambatnya peluncuran 5G, yang diharapkan memberi daya segalanya mulai dari transmisi video berkecepatan tinggi hingga mobil self-driving.
Bahkan pada pertemuan standar 5G pekan lalu di Newport Beach, California, para peserta secara pribadi menyatakan kekhawatiranya kepada Reuters. Disebutkan, persoalan antara AS-China itu mengorbankan kerjasama lama antara para insinyur yang diperlukan untuk telepon dan jaringan untuk terhubung secara global.
"Ada banyak kesalahpahaman dari apa yang saya lihat dan dengar dari klien dan kolega, sejauh apa sebenarnya pembatasanya (Departemen Perdagangan)," kata Doug Jacobson, seorang pengacara kontrol ekspor yang berbasis di Washington.
Dia mengatakan bahwa perusahaan yang melarang karyawannya menghubungi Huawei adalah "berlebihan, karena pembatasan itu tidak menghalangi komunikasi, hanya transfer teknologi."
Huawei, yang peralatannya diduga oleh Amerika Serikat dapat digunakan China untuk memata-matai, telah muncul sebagai tokoh sentral dalam perang perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia. Huawei berulang kali membantah bahwa peralatannya dikendalikan pemerintah China, militer atau dinas intelijen.
Implikasi Praktis
Para insinyur dan arsitek sistem yang hadir --mewakili perusahaan mereka-- pada pertemuan-pertemuan Proyek Kemitraan Generasi ke-3 (3GPP), sebuah konsorsium asosiasi industri global yang bertujuan menetapkan spesifikasi 5G pada Maret 2020, sering mengambil diskusi formal dan umum ke dalam sesi-sesi yang lebih kecil dan kurang terdokumentasi ketika mereka mencoba menemukan kesepakatan.
Tetapi pada pertemuan 3GPP minggu lalu di California, salah satu dari tiga ketua kelompok, Balazs Bertenyi dari Nokia, mengatakan kepada peserta bahwa percakapan "offline" itu nanti akan didokumentasikan oleh badan standar.
"Itu adalah implikasi praktis dari peraturan Departemen Perdagangan AS yang baru yang memberikan kehati-hatian di seluruh industri terlepas dari pengecualian untuk pembicaraan 5G," katanya.
Sumber reuters.com mengatakan, perusahaan ingin membatasi pertukaran informal, di mana insinyur mereka merasa lebih nyaman mendiskusikan teknologi eksklusif dengan pesaing untuk membujuk mereka mengapa penelitian atau inovasi mereka lebih sehat.
Sebuah badan standar terpisah, Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), membatasi kemampuan para insinyur Huawei untuk berpartisipasi dalam tinjauan sejawat untuk publikasi-publikasinya, menuai kritik dari beberapa di industri China dan di tempat lain.
"Huawei bukan hanya beberapa perusahaan. Mereka, menurut banyak akun, adalah pemimpin dalam teknologi 5G. Mengecualikan mereka sangat sulit untuk diselesaikan, sehingga tidak mengganggu seluruh proyek,” kata Jorge Contreras, seorang profesor hukum di Universitas Utah dan anggota IEEE.
“Jika idenya adalah untuk membuat 5G non-China, saya tidak yakin itu mungkin. Bahkan jika ya, apakah itu sama baiknya?”