BSSN Sebut Literasi Keamanan Siber di Tanah Air Masih Minim

Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN Anton Setiyawan dalam diskusi bertajuk "Pentingnya Privasi Data Pribadi Konsumen" di Gedung BSSN Jakarta, 27 Mei 2019. | Foto: Arsip Cyberthreat.id

Jakarta, Cyberthreat.id – Direktur Proteksi Ekonomi Digital Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Anton Setiawan mengatakan, literasi masyarakat di Tanah Air mengenai keamanan siber masih minim, terutama terkait dengan media sosial.

Masih banyak pengguna medsos tidak mengenali fitur-fitur keamanan yang telah disediakan oleh aplikasi yang dipakainya.

"Bila saya perhatikan masih banyak masyarakat yang tidak tahu atau tidak mengaktifkan hal tersebut. Akibatnya, akun WhatsApp dapat dibajak dan bisa dilakukan penipuan," kata Anton dalam diskusi daring Ngobrol Dari Rumah bertajuk “Literasi Digital Tugas Siapa?” pada Senin (11 Mei 2020).

Padahal, lanjut Anton, prinsip utama sebelum menggunakan medsos atau aplikasi ap pun adalah mengenali sisi teknologinya, konsekuensinya, dan fitur keamanan yang disediakan aplikasi.

Anton lalu mengingatkan, maraknya berita bohong, ujaran kebencian, hasutan, caci maki dan adu domba di media sosial yang berpotensi mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

"Dilema penggunaan media sosial saat ini erat kaitannya dengan permasalahan tersebut, yaitu kabar bohong atau hoaks dan konten-konten yang tidak pantas," ujar dia.

Hingga, Kamis (7 Mei 2020), Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia telah menemukan sebanyak 662 isu hoaks terkait dengan virus corona (Covid-19) yang tersebar di Instagram, Facebook, Twitter, YouTube hingga WhatsApp.

Padahal, secara mendasar, Anton menegaskan, baik penyebar maupun pembuat berita bohong juga dapat dijerat Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

BSSN telah memiliki beberapa program literasi, salah satu program unggulannya adalah Kampanye Literasi Keamanan Siber (KLiKS).

"Kami punya program itu, tahun lalu kami ada (mengedukasi) di 14 kota dan yang ikut itu sampai 19.000 orang. Tetapi, itu pun juga masih kurang," tutur Anton.

Terlebih, pengguna internet di Indonesia telah mencapai 171 juta atau sekitar 64 persen dari jumlah populasi penduduk (Survei APJII 2018). Jumlah ini diprediksi naik menjadi 200 juta pengguna internet pada 2019i.

Dari jumlah itu, sebagian sbesar pengguna internet adalah pengguna media sosial. Oleh karenanya, edukasi dan literasi masyarakat terhadap keamanan siber perlu dilakukan oleh seluru komponen masyarakat.

"Masyarakat sebagai pengguna media sosial juga harus bisa mengedukasi diri untuk dapat berkembang menjadi konsumen media sosial yang melek media atau media literate," ujar dia.[]

Redaktur: Andi Nugroho