Yuk, Simak Enam Tips Lawan Hoax dari KLiKS BSSN

Ilustrasi : Faisal Hafis/Cyberthreat.id

Jakarta, Cyberthreat.id - Gelombang hoax terkait pandemi CoronaVirus (Covid-19) terus meningkat. Ratusan isu hoax yang muncul di Tanah Air, berkembang menjadi gelombang hoax yang kemudian di-sharing ke berbagai platform digital. Mulai dari media sosial, pesan instan, hingga platform video, konten-konten hoax tak pernah kekurangan sumber daya.

Hoax merusak pikiran manusia. Semakin tingginya konektivitas dan semua orang bisa mengakses informasi dengan mudah, semakin mudah merusak pikiran banyak orang melalui hoax sehingga apapun bisa terjadi di dunia nyata.

Ini memperkuat fakta bahwa di era konvergensi sudah tidak ada batasan antara dunia Maya dan dunia nyata. Solusi melawan hoax hanya bisa ditangani bersama-sama, bersinergi, berkolaborasi dengan multi stakeholder.

Temuan tim Cyber Drone 8 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) hingga 1 Mei 2020 setidaknya terdapat 626 isu hoax terkait Covid-19 yang tersebar. Kepolisian RI (Polri) rutin melakukan patroli siber dan menindak konten hoax terkait Covid-19 di media sosial yang meresahkan masyarakat.

Beberapa pelaku penyebaran hoaks telah ditangani oleh pihak kepolisian.

Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Asep Adisaputra mengatakan, Polri telah menangani 99 kasus hoaks terkait dengan virus corona (Covid-19) hingga 28 April 2020.

Jangan sampai Anda menjadi pelaku hoax berikutnya. Jika anda mendapatkan informasi, jangan langsung mempercayainya apalagi langsung menyebarkannya tanpa terlebih dahulu memastikan kebenaran informasi atau beritanya. 

Lalu, bagaimana cara membedakan mana hoax dan yang bukan hoax?

Yuk, simak ciri-ciri hoaks menurut Kampanye Literasi Keamanan Siber (KLiKS) Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sebagaimana dilansir dari laman Instagram-nya, Jumat (1 Mei 2020):

1. Sumber tidak dapat dipercaya.

Jika berita berasal dari website, maka cek informasi yang diberikan website tersebut. Pastikan website-nya terpercaya, memiliki reputasi, dan memiliki alamat kontak yang jelas.

Contoh website tepercaya mengenai Covid-19 yaitu www.covid19.go.id.

2. Judul berita tidak sesuai dengan isi.

Jangan langsung mengasumsikan sebuah berita hanya dari judulnya saja. Namun, baca terlebih dahulu keseluruhan berita. Judul berita hoax umumnya menggunakan judul yang provokatif.

3. Alamat website yang tidak dikenali.

Biasanya berita hoax menggunakan alamat website yang mirip dengan website resminya. Pastikan tidak ada keanehan pada alamat website tersebut.

4. Tampilan berita kurang baik.

Berita hoax biasanya dibuat dalam format yang tidak profesional. Misalnya keseluruhan berita menggunakan huruf kapital dan terdapat banyak kesalahan penulisan kata. 

5. Mencantumkan gambar yang tidak sesuai atau tidak dapat dipastikan kebenarannya.

Biasanya suatu berita hoax tidak memiliki gambar/foto sendiri, melainkan menggunakan gambar/foto yang didapat dari sumber lainnya, misalnya Google. 

6. Tidak ada informasi mengenai penulis berita/penulis anonim/mencatut nama.

Jika penulis berita tidak dapat diketahui, maka berita tersebut patut untuk dicurigai. Jika berita tersebut mencantumkan nama penulis, lakukan pencarian informasi terlebih dahulu terhadap penulis. Apakah penulis tersebut pernah menuliskan berita lain yang dapat dipercaya kebenarannya. []

Redaktur: Arif Rahman