Setelah Dibatasi, Pesan Viral WhatsApp Turun Drastis

Foto ilustrasi: Reuters

Cyberthreat.id - Setelah membatasi pesan yang diteruskan (forward) sejak 7 April lalu, WhatsApp mencatat penurunan yang signifikan terhadap pesan viral atau highly forwarded.

"Sejak menerapkan batasan baru ini, secara global telah terjadi pengurangan 70 persen dalam jumlah pesan yang sangat diteruskan yang dikirim di WhatsApp," kata juru bicara WhatsApp seperti diberitakan TechCrunch, Senin (27 April 2020).

Sekedar informasi, pesan yang dikategorikan sebagai highly forwarded dilabeli dengan 'tanda panah ganda'. Tujuannya untuk mengindikasikan bahwa pesan itu tidak berasal dari kontak terdekat dan dikhawatirkan bermuatan hoax dan disinformasi.

Sejak 7 April lalu, WhatsApp membatasi pengguna meneruskan pesan viral. Jika sebelumnya bisa diteruskan ke lima orang atau grup, kini hanya bisa diteruskan ke satu orang dan grup.

Pembatasan tersebut berlaku untuk seluruh pengguna WhatsApp di berbagai negara yang jumlahnyaa mencapai 2 miliar.

"Perubahan ini membantu menjaga WhatsApp menjadi tempat untuk percakapan pribadi dan personal. WhatsApp berkomitmen untuk melakukan bagian kami untuk mengatasi pesan viral," tambah juru bicara WhatsApp.

Pembatasan itu dilakukan untuk mengurangi penyebaran informasi palsu dan informasi yang salah di platformnya. Apalagi, di tengah pandemi Covid-19, peredaran hoaks dan disinformasi terkait wabah corona sangat masif disebarkan.

Saat memulai membatasi pesan yang diteruskan, WhatsApp menegaskan tidak semua pesan yang banyak dibagikan sampai viral bermakna negatif. Namun, WhatsApp menilai tingginya jumlah pesan yang diteruskan juga berisiko pada masuknya pesan misinformasi.    

"Para pengguna memberi tahu kami bahwa jumlah tersebut dirasa terlalu banyak dan berkontribusi terhadap penyebaran informasi yang salah," kata juru bicara WhatsApp.

Sekadar diketahui, hingga Sabtu lalu (18 April 2020), Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat 554 isu hoaks dengan 1.209 konten hoaks dan disinformasi terkait dengan virus corona.

Konten-konten itu tersebar di berbagai platform media sosial, terutama Facebook, Instagram, Twitter maupun YouTube.[]

Editor: Yuswardi A. Suud