Europol: Pembajak Terorganisir di Internet Manfaatkan Isu Covid-19

Ilustrasi

Cyberthreat.id - Europol membongkar kasus pembajakan besar-besaran yang memviralkan sejumlah produk kesehatan bajakan/palsu kemudian menjualnya ke berbagai negara. Keuntungan yang didapatkan para penjahat pada masa krisis Covid-19 sangat besar dan mereka beroperasi dengan mengabaikan kesehatan dan kesejahteraan banyak orang.

Modus kejahatan yang dilakukan para penipu ini mulai dari membuat website yang menjual tes skrining darah Covid-19 palsu yang dilakukan otoritas penegak hukum Negara Anggota Uni Eropa (UE), menyita sungkup medis di bawah standar yang berasal dari Brasil, hingga penjualan chloroquine melalui aplikasi pengiriman pesan instan.

"Wabah CoronaVirus membuka kesempatan mendapatkan uang tunai cepat karena para penjahat mengeksploitasi kekurangan produk asli sementara orang-orang banyak yang cemas dan takut," demikian rilis Europol di situs resminya, Jumat (17 April 2020).

Dalam laporannya Europol memberikan gambaran bahaya dan ancaman terkait aktivitas para pembajak dan penipu selama krisis Covid-19. Semua informasi dikumpulkan berdasarkan kontribusi dari Negara Anggota UE dan negara-negara mitra Europol.

Penjahat ini beraksi secara berkelompok dan terorganisir. Mereka memproduksi barang palsu dan mendistribusikannya dengan cara memviralkan produknya. Kejadian ini membuktikan penjahat dengan mudah beradaptasi dalam berbagai proses produksi mulai dari pengalihan fokus produk, pemasaran, pengemasan, hingga distribusi sesuai permintaan saat ini. 

Analisis data operasional Europol mengungkapkan perusahaan palsu menargetkan UE untuk distribusi produk dan peralatan farmasi. Perusahaan yang didirikan para penjahat ini terdaftar ke alamat di wilayah UE (Bulgaria, Jerman, Belanda, Polandia dll) dan di luar UE (China,  India, AS).

Operasional para penjahat ini juga tercium Europol di Dark Web lewat penawaran produk yang tersedia di sana. Penawaran di Dark Web masih terbatas jika dibandingkan dengan penjualan di Surface Web yang masih merupakan "tuan rumah" platform distribusi utama untuk barang palsu.

Direktur Eksekutif Europol, Catherine de Bolle, mengatakan barang palsu yang dijual selama krisis Corona tidak memenuhi standar kualitas yang disyaratkan dan menimbulkan ancaman nyata bagi kesehatan dan keselamatan masyarakat.

"Orang-orang yang membeli produk palsu ini juga memiliki rasa aman palsu, sementara mereka sebenarnya tidak terlindungi dari virus," kata de Bolle.

"Kita harus mengejar para penjahat di balik penipuan ini sekaligus melakukan upaya pencegahan. Kita beri tahu calon korban bahwa ini membahayakan diri sendiri dan orang lain dengan menggunakan barang palsu tersebut."

Vaksin Palsu

Beberapa platform yang digunakan untuk mengiklankan dan menjual barang-barang bajakan ini telah dipantau oleh otoritas penegak hukum. Selain platform yang sudah mapan, banyak website baru didirikan dengan tujuan untuk mendapat keuntungan. Modus website itu diantaranya menawarkan saran yang tidak dapat dikonfirmasi dan seringkali salah tentang pengobatan Covid-19.

Perkembangan lebih lanjut, pembajakan dan penipuan ini tidak hanya akan menjual produk kesehatan, obat-obatan, alat kesehatan, tetapi juga menyasar kekurangan pangan akibat Covid-19. Kualitas pangan yang dijual juga di bawah standar. Permintaan barang dan bahan makanan palsu akan meningkat termasuk kemungkinan munculnya vaksin palsu.

Untuk vaksin, Europol memberikan catatan khusus karena para penjahat pasti turut membuat dan melakukan inovasi seiring pemberitaan berbagai negara yang sedang mengembangkan vaksin.

"Jika vaksin asli untuk Covid-19 dikembangkan, kemungkinan akan mendorong gelombang penawaran vaksin palsu," tulis Europol.

Europol telah melakukan pemantauan intensif terhadap platform online untuk menangani kejahatan terkait Covid-19 online dan offline. Kolaborasi dengan pemangku kepentingan industri swasta juga merupakan aspek penting dalam pekerjaan yang dilakukan Europol dalam menghadapi ancaman besar di masa krisis.