Menteri Johnny: Internet Gratis Saat Pandemi Covid-19 Sulit
Cyberthreat.id - Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan harapan masyarakat untuk mendapatkan Internet gratis sangat kecil di masa pendemi Covid-19, tetapi pemerintah telah memiliki solusi dengan berkolaborasi bersama operator seluler memberikan layanan internet gratis dengan total alokasi dana mencapai Rp 1,9 triliun kepada masyarakat setiap bulannya.
"Karena bekerja, belajar, dan beribadah di rumah tentu ada harapan (internet gratis) itu. Nah, perusahaan telekomunikasi kita yang jumlahnya enam atau tujuh itu juga mendapat tekanan besar dimana terjadi perubahan fundamental perekonomian dunia dan cenderung terjadi pelemahan yang luar biasa besar," kata Johnny di Jakarta, Selasa (14 April 2020).
Secara teknis, kata Johnny, trafik internet di Indonesia naik sehingga konektivitas makin semarak, tetapi di sisi lain terdapat tantangan lebih besar sehingga alokasi internet gratis terhadap masyarakat harus tepat sasaran terutama untuk fasilitas pendidikan.
"Nah, siswa dan guru ini dapat fasilitas internet gratis. Yang penting di masa darurat ini tetap berjalan proses pendidikan," ujarnya.
Menurut Johhny, memang ada banyak negara yang memberikan internet gratis tapi tidak diketahui persis sedetail apa negara-negara lain itu dalam memberi fasilitas internet gratis.
"Kita di Indonesia dianalisa kembali program apa saja dan urutan prioritas dilakukan dengan baik. Dana negara harus digunakan tepat sasaran karena kita belum tahu berapa lama Covid-19 ini ke depan. Recovery juga tergantung kepada ekonomi global sehingga harus dikelola dengan baik dan tepat," kata Johnny.
Program internet gratis yang digulirkan pemerintah bisa di cek di masing-masing operator telekomunikasi yang menawarkan berbagai pilihan dalam mendukung kegiatan belajar di rumah.
Sementara itu, Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) meminta pemerintah untuk menunda pembayaran pemungutan Biaya Hak Penggunaan (BPH) dan kontribusi Universal Service Obligation (USO) tahun 2019 yang jatuh tempo pada April 2020.
Surat yang ditujukan kepada Menkominfo Johnny G Plate itu diantaranya menyatakan Apjatel terkena imbas pandemi Covid-19 yang mengakibatkan pasar di sektor corporate menurun. Sekitar 85 persen dari total penyelenggara dari bidang telekomunikasi pasarnya terdapat di sektor perusahaan/korporasi sehingga saat ini "hampir semua perkantoran kosong". Sisanya 15 persen adalah pasar ritel.
Ketua Apjatel Arif Angga mengatakan pandemi Covid-19 memang menaikkan subscriber, tetapi di sektor Corporate turun banyak.
"Jadi average-nya turun karena pemain di retail enggak banyak," kata Arif Angga dalam pesan singkat kepada Cyberthreat.id, Rabu (15 April 2020).
Imbas dari bekerja di rumah dan belajar di rumah membuat terjadinya penurunan trafik sekitar 60 persen dari kondisi normal. Akibatnya, banyak pelanggan perusahaan/corporate berhenti berlangganan dan meminta keringanan biaya bulanan kepada penyelenggara jaringan (operator). Selain itu, banyak juga diantara pelanggan corporate terlambat membayar kepada operator.
"Ini yang memberatkan cash flow kami, sedangkan pertumbuhan pelanggan baru (terutama corporate) otomatis hampir tidak ada saat ini," ujar Arif.
Kemudian terdapat pertumbuhan signifikan dari trafik layanan dan pelanggan ritel baru. Efeknya, operator juga perlu memperbarui beberapa layanan dan hal itu berdampak pada biaya produksi Apjatel. Dalam meningkatkan layanan belanja bandwidth dan pembelian perangkat juga rata-rata menggunakan dolar AS.
"Secara langsung sangat berdampak pada biaya operasional perusahaan. Terlebih lagi untuk stok barang yang tidak tersedia sehingga harus dilakukan import dengan harga yang lebih mahal akibat imbas naiknya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah."