Waspadai Modus Hoaks Edit Judul Berita
Jakarta, Cyberthreat.id – Pembuatan konten negatif, provokasi, dan berita palsu alias hoaks kini kian mudah dilakukan. Maka dari itu, masyarakat harus selalu mewaspadai juga cek dan ricek kembali ketika menerima informasi.
Biasanya penyebaran hoaks dilakukan seseorang melalui media sosial dan jejaring sosial seperti WhatsApp. Konten provokatif dan hoaks biasanya dalam bentuk foto, gambar/meme, dan teks (bisa berupa teks utuh atau tautan artikel).
Perlu diwaspadai, dan ini sangat penting, adalah meme/gambar atau tangkapan layar (screenshoot) dari sebuah judul berita media daring atau status medsos seseorang. Jika tidak cek dan ricek informasi yang diterima, kita bisa terpengaruh hoaks.
Manipulasi judul berita di media daring atau status medsos seseorang sangatlah mudah. Pembuat hoaks bisa memanipulasi tanpa memakai aplikasi seperti Adobe Photoshop, tapi cukup dengan mengubah atau mengedit HTML judul tersebut lewat inspeksi elemen (inspect element).
Berita Terkait:
Adji, Ketua Anon Cyber Team (ACT)–komunitas yang beranggotakan para pemburu celah keamanan atau bug hunter– mengatakan, sangat menyayangkan individu-individu atau kelompok tertentu yang sengaja mengedit HTML melalui inspeksi elemen justru dipakai untuk membuat dan menyebarkan hoaks.
Ini contoh judul artikel yang telah diedit dan judul asli yang diambil dari situs web http://presidenri.go.id. Untuk tautan artikel aslinya di sini.
Ini contoh judul artikel yang telah diedit dan judul asli yang diambil dari situs web https://news.detik.com. Untuk tautan artikel aslinya di sini.
Mr Tenwap, begitu sapaan akrab Adji di ACT, menuturkan, cara edit pada inspeksi elemen sebenarnya sudah diketahui sejak lama, tapi ramai kembali karena dipakai untuk membuat hoaks.
Inspeksi elemen merupakan fitur yang terdapat di peramban (browser), seperti Google Chrome, Internet Explorer, Firefox, dan Opera.
Menurut Mr Tenwap, sebenarnya inspeksi elemen digunakan untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan pada situs web dari sisi perwajahan antarmuka (interface).
Berita Terkait:
Pengeditan pada inspeksi elemen, kata dia, efeknya memang hanya pada perangkat yang dipakai si pengedit. Hasil editan tersebut tidak akan berpengaruh jika orang lain mengakses sumber informasi yang diedit.
Setelah di-refresh, biasanya sumber informasi yang diedit itu akan normal kembali. Maka, biasanya penyebar hoaks terlebih dulu menangkap layar (screenshoot) layar yang diedit tadi, lalu disimpan dan disebarkan melalui jejaring sosial.
Rizki Rama Jovanka, anggota ACT, mengatakan, hampir semua situs web bisa diedit secara interface dengan cara edit HTML melalui inspeksi elemen.
“Kalau sudah viral kan bahaya, banyak masyarakat yang menerima info hoaks secara mentah-mentah tanpa melakukan pengecekan atau konfirmasi suatu informasi yang diterima,” ujar dia saat dihubungi Cyberthreat.id, Minggu (2/6/2019).
Maka, hati-hatilah menerima meme/gambar atau foto yang sifatnya provokatif atau mungkin besifat informatif saja. Cek dan ricek kembali informasi tersebut. Jangan-jangan itu hanyalah permainan edit HTML seperti di atas.
Redaktur: Andi Nugroho