Peneliti Kembangkan AI Mendeteksi Batuk Penderita Covid-19
Cyberthreat.id - Peneliti dari Universitas Carnegie Mellon di Pittsburgh, Amerika Serikat (AS) menemukan salah satu metode yang cukup canggih dalam melawan pandemi virus Corona yaitu dengan mengembangkan aplikasi berbasis AI yang bisa mendiagnosis Covid-19 melalui suara pengguna.
Aplikasi itu diberi nama Covid Voice Detector yang dianggap mampu mendiagnosis seseorang terhadap Covid-19 hanya dengan mendengarkan dan menganalisis suara pengguna.
"Setelah menganalisis dan menjalankan tes pendahuluan pada suara dan batuk pasien Covid dan non-Covid, kami percaya selanjutnya memungkinkan untuk mendapatkan (diagnosa) pada seseorang yang berpotensi Covid-19 dengan menganalisis suara," kata Bhiksa Rak, profesor di Universitas Carnegie Mellon, dilansir Digital Trends, Sabtu (6 April 2020).
Virus Corona salah satunya menyerang sistem pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian dan batuk adalah salah satu gejalanya. Menurut Raj, suara dan batuk seseorang yang terinfeksi Covid-19 dengan non-Covid-19 terdengar berbeda.
"Batuk orang dengan paru-paru yang terinfeksi terdengar berbeda. Vokal memanjang seperti 'aaaa' tidak hanya terdengar berbeda, tetapi durasinya juga berkurang."
"Pasien Covid cenderung terengah-engah, hidungnya berair, sakit tenggorokan dan mudah lelah. Semua ini akan mempengaruhi cara mereka berbicara, terutama ketika mereka harus berbicara untuk jangka waktu yang lebih lama," jelas Raj.
Cara kerja aplikasi tersebut tentunya membutuhkan smartphone hingga komputer dengan mikrofon aktif. Pengguna akan diminta untuk batuk beberapa kali dan mengeluarkan suara seperti 'ooo' dan 'eee' serta membaca alfabet.
Setelah itu, teknologi AI yang dikembangkan di Covid Voice Detector akan memberikan skor atau skala yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan pengguna terpapar Covid-19.
Para peneliti menyebutkan aplikasi ini masih dalam tahap awal pengembangan dan belum disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) dan Center for Disease Control and Prevention (CDC). FDA dam CDC adalah lembaga pemerintah AS yang menangani pandemi virus Corona.
Sejauh ini kendala pengembangan AI adalah kekurangan data suara dan batuk pasien positif virus corona. Para peneliti sedang berupaya mengumpulkan data sebanyak mungkin dengan mengajak masyarakat untuk berkontribusi dengan mengirimkan rekaman suara dan batuknya.
"Kami membutuhkan puluhan ribu rekaman dari subjek yang terinfeksi Covid dan ratusan ribu orang yang tidak terinfeksi, baik yang sehat maupun yang memiliki masalah lain. Harapan kami adalah orang-orang akan berkontribusi," ujar Raj.[]
Redaktur: Arif Rahman