Australia Punya Pasukan Cyber Hadapi Pandemi Covid-19

Ilustrasi

Cyberthreat.id - Para profesional cybersecurity di Australia berkumpul dan sepakat secara sukarela memberikan layanan/bantuan untuk melindungi fasilitas kesehatan dan kegiatan amal dari serangan siber selama krisis CoronaVirus (Covid-19) global.

Kelompok ini disebut sebagai Cyber ​​Volunteers-19 Australia (CV19). Dibentuk sebagai tanggapan atas ajakan serupa dari kelompok CV19 Inggris. Di Inggris, kelompok ini didirikan Lisa Forte, seorang profesional di Red Goat Cyber ​​Security.

Di Australia, pendiri CV19 adalah Louisa Vogelenzang, associate managing director untuk pelanggaran data dan pencurian identitas perusahaan risiko cyber global, Kroll. 

"Saya melihat postingan LinkedIn dari Lisa (Forte) kemudian kami berkata 'Mari kita mulai sesuatu di Australia'. Lalu kami terhubung satu sama lain dan kami mengajak beberapa orang," kata Louisa dilansir CSO Online, Kamis (26 Maret 2020).

CV19 Australia telah mendirikan grup tertutup di LinkedIn, dimana para profesional cybersecurity dapat menyatakan minat untuk bergabung. Kemudian ada halaman publik agar setiap orang mendapat kabar terbaru tentang kemajuan dan aktivitas grup.

"Kami periksa setiap sukarelawan potensial dalam hal kredensial keamanan siber mereka dan memastikan bahwa mereka adalah bagian dari jaringan kami yang terpercaya," ujarnya.

Louisa mengatakan usai mendeklarasikan diri, CV19 mendapat banyak tanggapan positif dan menerima banyak permintaan. Sejauh ini, sudah terdapat sekitar 40 profesional cybersecurity yang bergabung.

"Inggris memiliki 3.000 profesional cybersecurity, tetapi mereka mengelola Eropa," tegas Louisa.

Memperluas Kerja Sama

Louisa Vogelenzang mengatakan CV19 Australia akan memperluas layanannya ke Selandia Baru jika diperlukan. 

"Atau, jika seseorang ingin mendirikan sebuah kelompok di Selandia Baru, kami dengan senang hati akan bermitra dan membagikan semua yang kami pelajari dari Inggris," ujarnya.

CV19 juga menyediakan daftar perusahaan cybersecurity yang menawarkan jasa dan teknologi Pro Bono. Misalkan jika sebuah layanan kesehatan diserang Ransomware, maka CV19 bergerak aktif menyebarkan informasi sehingga layanan kesehatan mengetahuinya.

"Kami melihat banyak vendor teknologi yang menawarkan lisensi gratis. Jadi, kami dapat mengoordinasikan daftar layanan dan teknologi yang tersedia dan menangkap hal-hal seperti: Berapa lama lisensi itu gratis? Apakah Anda akan membebankan biaya untuk itu setelah waktu itu?. Artinya, kami dapat membawa transparansi kepada mereka yang paling membutuhkan bantuan saat ini."

Hingga saat ini CV19 Australia belum menerima permintaan bantuan dari institusi kesehatan, tetapi sudah memberikan dukungan kepada microcharitas (badan amal) yang memberikan bantuan kepada staf/karyawan bagaimana bekerja dari rumah (work from home) dan terkoneksi dengan aman. 

"Tantangan kami (di microcharitas)  adalah router rumahan itu mungkin memiliki password default atau mungkin tidak memiliki versi tambalan terbaru dari sistem operasi," katanya.

CV19 juga telah bermitra dengan organisasi nirlaba IDCare, pemasok sukarelawan untuk membantu microcharities di Australia dan Selandia Baru sehingga pekerja jarak jauh diamankan secepat mungkin.

"Kita dapat melakukan banyak hal dari jarak jauh untuk membantu badan amal mikro yang jika tidak memiliki akses atau anggaran untuk keamanan. Para staf dan karyawan perlu dilindungi."