Wabah Covid-19 Sebabkan Transaksi Beralih ke Digital
Jakarta, Cyberthreat.id – Wabah virus corona (Covid-19) yang meluas di Jakarta saat ini menyebabkan penggunaan uang tunai atau kertas dibatasi. Masyarakat dianjurkan untuk untuk memakai layanan digital.
Per hari ini, Kamis (19 Maret 2020), misalnya, PT TransJakarta sementara tidak melayani pengisian ulang saldo kartu uang elektronik (uang-el) melalui pembayaran tunai. Pengisian ulang saldo uang-el hanya dilakukan dengan cara tarik debit dari bank penerbit kartu. Yaitu, bisa melalui mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM), minimarket, atau merchant lain yang bekerja sama dengan penerbit kartu uang-el.
"Sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19, per 19 Maret 2020, TransJakarta hanya melayani transaksi isi ulang atau top up saldo dengan cara debit sesuai bank penerbit kartu," tulis akun Twitter resmi TransJakarta, Rabu (18 Maret).
Namun, pengumuman tersebut ditanggapi beragam oleh warganet di akun Instagram milik PT Transjakarta (@pt_transjakarta). “Aduh, admin aya-aya wae...nggak semua kartu TJ sama dengan bank yang dipunya. Saya punya kartu BNI sama e-money buat TJ, tap untuk ATM hanya ada BCA dan BRI.Jadi, gimana isi saldonya? Kalau mau higienis coba pake sarung tangan aja ngambil uangnya,” keluh warganet bernama Amaliawntrsh.
Sementara, warganet lain berpendapat, di antaranya seperti ini: “tidak semua orang punya ATM”, “kartu dan uang tidak ada bedanya karena juga sama-sama dipegang”, “fungsikan scan barcode di pintu-pintu halte agar bisa membayar via dompet digital (e-wallet)”, “hidup tambah dibikin ribet saja”, dan lain-lain.
Tak hanya Transjakarta, perusahaan layanan transportasi online Gojek dan Grab Indonesia juga menganjurkan hal sama. Keduanya mengatakan, pengguna sebisa mungkin membayar dengan nontunai (cashless) untuk meminimalisasi kontak langsung dengan mitra pengemudi. Gojek memiliki aplikasi dompet digital bernama GoPay, sedangkan Grab menyediakan aplikasi Ovo.
Jika memang terpaksa harus memakai uang tunai, pengguna disarankan untuk meletakkan uang tersebut di dalam amplop atau menaruhnya di tempat yang ditentukan oleh mitra pengemudi.
Di sisi lain, transaksi daring (online) melalui aplikasi dompet digital DANA juga mengalami lonjakan sejak wabah Covid-19 terjadi di Indonesia.
"Saat pemerintah secara resmi mengonfirmasikan kasus Covid-19 di Indonesia, secara keseluruhan memang terjadi penurunan transaksi di berbagai gerai offline DANA. Namun, setelah itu terjadi kenaikan transaksi yang signifikan untuk transaksi online sebanyak 11 persen," kata CEO dan Pendiri DANA Vincent Iswara dalam keterangan tertulis yang diterima Cyberthreat.id, Rabu.
Vincent menuturkan, kenaikan transaksi daring tersebut terutama terjadi pada layanan pembayaran tagihan dan pembelian pulsa. Vincent enggan menjelaskan secara detail kenaikan 11 persen tersebut. Sebagai informasi, DANA yang memiliki 35 juta pelanggan aktif pada tahun lalu mencatat 3 juta transaksi per hari.
Menurut Vincent, penggunaan dompet digital bisa dijadikan opsi bagi masyarakat di tengah wabah virus corona seperti sekarang. DANA, kata dia, memiliki fitur Card Binding yang menyimpan kartu kredit dan kartu debit pengguna.
Sejak merebaknya wabah Covid-19, di negara lain juga membatasi penggunaan uang kertas. Bank Sentral India (Reserve Bank of India/RBI) meminta kepada publik untuk menggunakan fasilitas perbankan digital. Sementara, di Korea Selatan, Bank of Korea mengarantina uang kertas selama dua pekan juga membakar sebagian uang kertas untuk mencegah virus menyebar.
Berita Terkait:
- Alfons: Covid-19 Mempercepat Digitalisasi di Indonesia
- Cegah Covid-19, Bank Sentral India Sarankan Digital Payment
Bagaimana dengan Indonesia?
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan, Bank Indonesia telah melakukan langkah kolektif dalam mitigasi Covid-19. Sementara, Bank Indonesia menutup layanan yang melibatkan interaksi sosial terhitung 16 Maret lalu.
Transaksi yang ditutup sementara yaitu layanan sistem pembayaran tunai mencakup (1) layanan kas keliling baik dalam kota maupun ke dareah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di seluruh Indonesia, (2) layanan penukaran uang rusak dan klarifikasi uang plasu oleh publik maupun perbankan.
Selain itu, layanan publik, seperti kunjungan publik ke BI, Visitor Center BI, Museum Bank Indonesia dan Perpustakaan Bank Indonesia juga ditutup.
“Bank Indonesia telah menetapkan langkah-langkah untuk memastikan, uang rupiah yang didistribusikan kepada masyarakat adalah uang yang melalui proses pengolahan guna meminimalisasi penyebaran Covid-19,” ujar Onny dalam siaran persnya.
Terpisah, Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Luctor E. Tapiheru mengatakan, sejauh ini belum ada imbauan khusus kepada masyarakat untuk membatasi uang kertas dan beralih ke pembayaran digital selama wabah virus corona.
"Alat pembayaran masih sama, penggunaan uang kertas masih tetap berlaku dan tidak dibatasi. Penggunaan digital payment juga kita sosialisasikan terus, tetapi saya tidak mau mengaitkannya dengan dampak dari virus corona," tutur Luctor saat dihubungi Cyberthreat.id, Selasa.
Sejauh ini belum ada pemberitahuan resmi, termasuk dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa uang tunai bisa menjadi vektor penularan virus corona. Namun, psikologis publik yang menganggap bahwa uang tunai yang tidak bersih bisa menjadi penularan virus membuat orang-orang berasumsi untuk beralih ke pembayaran digital.[]
Redaktur: Andi Nugroho