Facebook dan Twitter Hapus Sindikat Akun Palsu Terkait Rusia
Cyberthreat.id – Facebook Inc dan Twitter Inc mengatakan telah menghapus jaringan akun-akun palsu yang terkait dengan Rusia. Operator akun-akun tersebut diduga kuat beroperasi di Ghana dan Nigeria dan menargetkan Amerika Serikat.
Sindikat akun palsu itu dihapus karena terlibat dalam campur tangan asing. “Hari ini, kami menghapus 49 akun Facebook, 69 Halaman grup Facebook, dan 85 akun Instagram,” tulis Kepala Kebijakan Keamanan Siber Facebook Nathaniel Gleicher di blog Facebook, Kamis (12 Maret).
Sementara itu, Twitter menyatakan, akun-akun itu dibuat pada Juli 2019 sebagai "upaya menabur perselisihan dengan terlibat dalam percakapan tentang masalah sosial, seperti ras dan hak-hak sipil”. Akun Twitter yang dinilai melanggar kebijakan platform sebanyak 71 akun, tulis Reuters, Jumat (13 Maret).
Akun-akun tersebut masih tahap awal membangun audiensi dan dioperasikan oleh warga negara Ghana dan Nigeria, “Beberapa dengan sadar dan beberapa tanpa disadari, atas nama individu di Rusia,” kata Nathaniel.
Contoh akun yang telah dihapus oleh Facebook. | Sumber: Facebook
Dalam penyelidikannya, kata dia, tim Facebook menemukan tautan ke sebuah LSM di Ghana yang dikenal dengan EBLA (Eliminating Barriers to the Liberation of Africa) dan orang-orang yang terkait dengan aktivitas masa lalu oleh Internet Research Agency Rusia (IRA)—menurut Reuters, ini adalah sebuah "pabrik troll" (sederhananya, pembuat onar di internet dengan menebar konten negatif) berpusat di Petersburg yang disebut-sebut AS pernah turut campur dalam Pilpres AS 2016.
Menurut Nathaniel, akun-akun troll itu menyamar sebagai LSM atau blog pribadi, atau unggahan di grup Facebook. Mereka fokus pada topik-topik seperti sejarah orang hitam, keunggulan dan mode kulit hitam, gosip selebritas, berita-berita AS, dan masalah LGBTQ. Mereka juga berbagi konten negatif tentang penindasan dan kebrutalan polisi.
"Kegiatan ini tampaknya tidak fokus pada pemilu, atau mempromosikan atau merendahkan kandidat politik," kata Nathaniel.
“Kami terus berupaya mendeteksi dan menghentikan jenis aktivitas ini karena kami tidak ingin layanan kami digunakan untuk memanipulasi orang,” tutur dia.
“Kami menandai Halaman grup Facebook dan akun-akun tersebut karena aktivitasnya ditautkan dengan individu yang terkait dengan IRA, entitas yang sebelumnya kami larang dari Facebook,” ia menambahkan.
Sementara, investigasi CNN menemukan, akun-akun di Ghana dan Nigeria diklaim milik orang-orang di AS seperti di Brooklyn atau New Orleans.[]