Mengapa Cybersecurity Sepi Peminat, Riset: Enggak Keren Sih!
Cyberthreat.id – Sebuah riset yang diterbitkan pada Rabu (11 Maret 2020) menyebutkan, hampir setengah dari profesional cybersecurity percaya bahwa industri mereka mengalami kesenjangan keterampilan. Alasannya adalah karena tidak dianggap "keren" atau "menarik”.
Laporan riset bertajuk "Opportunity in Cybersecurity 2020” itu menyurvei lebih dari 200 profesional keamanan siber di Inggris dan AS tentang pengalaman pribadi mereka bekerja di industri.
Survei itu diadakan oleh Center for Economics and Business Research yang kemudian dilakukan oleh perusahaan cybersecurity Tessian.
Dari mereka yang ditanyai, 42 persen responden merasa bahwa persepsi publik tentang industri itu membosankan dan “dork” (sebutan untuk minat yang aneh, red).
“Pendapat tersebut paling umum ditemukan di kalangan responden milenial,” demikian tulis Infosecurity Magazine. Sementara itu, 46 persen responden menyalahkan kesenjangan keterampilan cybersecurity pada industri yang ada.
Menurut laporan itu, salah satu cara meningkatkan citra pekerja di sektor cybersecurity ialah merekrut lebih banyak perempuan.
Saat ini, reputasi cybersecurity terjadi kesenjangan tinggi antara upah pekerja perempuan dan laki-laki baik itu di AS maupun Inggris. Dari survei itu juga disebutkan, 45 persen responden AS mengatakan, jika upah yang ditawarkan itu sama, tentu akan menjadi daya tarik bagi kalangan hawa menekuni dunia cybersecurity.
Terpisah, Shamla Naidoo, mantan Chief Information Security Officer (CISO) IBM, menyadari betul bahwa, selama ini bagi banyak orang, pekerja keamanan dunia maya digambarkan dengan seseorang yang memakai hoodie dan terlihat membungkuk ke keyboard di ruangan gelap. "Sama sekali bukan itu masalahnya. Jika kita tidak mengubah itu, kita akan kehilangan lebih banyak orang di industri ini," kata dia.[]