Ketika Tinder Dipakai Buat Intip Kehidupan di Pusat Covid-19
Cyberthreat.id - Aplikasi Tinder sejatinya adalah layanan kencan online. Namun, hari-hari belakangan ini, ketika virus corona merambah ke berbagai belahan bumi, Tinder telah digunakan untuk mencari informasi tentang bagaimana warga kota Wuhan di China menjalani hari-hari sebagai "tahanan rumah." Seperti diketahui, Wuhan adalah tempat wabah itu bermula.
Di tengah pembatasan akses informasi oleh pemerintah China, pemberitaan media massa dianggap tak cukup menggambarkan bagaimana warga Wuhan bertahan hidup setelah kotanya diisolasi dari luar.
Sebagai gambaran, pada 14 Februari lalu, BBC memberitakan bahwa dua jurnalis warga di sana menghilang setelah mereka menggunggah video berisi tumpukan mayat ke Youtube. Mereka adalah seorang pengusaha bernama Fan Bin, satunya lagi bernama Chen Quishi, mantan pengacara hak asasi manusia yang kemudian menjadi jurnalis video yang kritis. Sebelum menghilang, menurut laporan BBC, polisi sempat datang ke rumah mereka.
Dengan latar seperti itu, beberapa orang yang kreatif mencoba mencari saluran alternatif untuk mendapat informasi langsung dari warga Wuhan. Pilihannya jatuh kepada Tinder. Berita baru-baru ini yang menyebutkan Tinder membagikan data pengguna ke pihak ketiga, tampaknya dikesampingkan dulu. (Baca: Eropa Sedang Menyelidiki Tinder Menggunakan GDPR).
Diketahui, layanan Tinder bisa mendeteksi pengguna lain yang lokasinya berdekatan. Setelah ditemukan, dua orang yang berada di lokasi berdekatan, bisa saling menyapa.
Bagaimana jika salah satunya tinggal di kota berbeda? Tinder punya layanan berbayar yang disebut Passport. Dengan layanan ini, seseorang bisa memindahkan lokasinya ke kota mana saja yang dia mau.
Itulah yang dilakukan oleh pemilik akun Twitter @drethelin. Dia yang tinggal di Amerika, menggunakan layanan itu untuk berbicara dengan warga Wuhan. Meskipun Tinder dilarang di China, namun sebagian warganya menggunakan jaringan pribadi virtual atau VPN untuk mengakses Tinder.
"Mengatur lokasi saya ke Wuhan sehingga saya bisa mendapatkan gambaran nyata tentang apa yang terjadi," cuit @drethelin pada 28 Januari - tepat sebelum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan darurat virus corona.
Dikutip dari Buzzfeed News, dia curiga pemerintah China menyensor informasi. Dengan menggunakan Tinder, dia bisa berbicara langsung dengan orang-orang di Wuhan.
Dia mengatakan penduduk Wuhan menemukan informasi dengan cara yang sama seperti dia: berbicara satu sama lain dan dari sumber-sumber publik.
James, seorang guru bahasa Inggris di Vietnam, juga melakukan hal serupa.
"Dengan semua berita yang meresahkan dan informasi palsu, saya hanya ingin mencari tahu tentang pengalaman orang-orang yang benar-benar ada di sana," kata James kepada BuzzFeed News.
Pengguna Tinder yang berbasis di Wuhan dengan senang hati memberi tahu James, bagaimana perasaan mereka, dan ia membagikan beberapa tanggapan mereka dalam sebuah posting di blog-nya MediaVSReality.
Hasilnya: beberapa gelisah, yang lain lebih positif, dan, beberapa hanya ingin dipuaskan secara seksual.
Salah satu percakapan via Tinder yang dibagikan James
Di Wuhan, seorang guru bahasa Inggris bernama Megan Monroe menggunakan TikTok untuk mendokumentasikan hari-hari selama menjalani karantina.
Monroe memperhatikan bahwa Tinder telah dibanjiri orang-orang dari luar Wuhan.
"Setelah karantina, semua orang dengan Tinder Gold mengalihkan lokasi mereka ke Wuhan dan saya mendapat pesan tak terbatas yang bertanya kepada saya tentang apa yang sedang terjadi," tulisnya.
Menggunakan Tinder bukanlah cara yang sempurna untuk berkomunikasi. Pengguna lain, Bianca, ingin tahu seperti apa kehidupan di Wuhan. Dia berkata bahwa dia dapat mengobrol dari Filipina dengan orang-orang di Wuhan yang menggunakan VPN.
Dia berbicara kepada beberapa pengguna yang emosinya mulai dari tertekan, bosan, hingga yang optimis mereka tidak akan sakit dan yakin China akan segera pulih dari krisis.
Bianca menjalin pertemanan dengan seorang pengguna Tinder yang mengaku sebagai jurnalis untuk publikasi berita Tiongkok. Dia berbagi foto-foto Wuhan yang sepi, tetapi kemudian berhenti membalas.
Belakangan, Bianca menemukan seorang pekerja kereta api dan merasa cocok dengannya. Mereka berencana bertemu jika masa karantina telah selesai.
Sementara itu, Tinder mengambil langkah sendiri untuk mencegah persebaran virus corona. Pengguna di Wuhan dan di seluruh dunia diperingatkan oleh aplikasi untuk mengambil tindakan pencegahan dan mencari tahu lebih lanjut.
"Tinder adalah tempat yang tepat untuk bertemu orang-orang baru. Sementara kami ingin Anda terus melakukannya, melindungi diri Anda dari virus corona lebih penting," begitu bunyi peringatan di Tinder.
"Cuci tangan Anda sesering mungkin, membawa pembersih tangan, hindari menyentuh wajah, dan menjaga jarak dalam pertemuan publik," tambah Tinder. []