Pembangkit Listrik Diserang Ramsomware
Cyberthreat.id - Pembangkit listrik di kota Massachusetts, Amerika Serika, mengalami serangan virus komputer jenis ransomware. Penyerang meminta sejumlah uang tebusan, namun pengelola pembangkit listrik menolak membayarnya.
Dikutip dari Info Security Magazine, pengelola pembangkit listrik itu, the Reading Municipal Light Department (RMLD), ditargetkan oleh serangan ransomware yang mengenkripsi data dalam sistem komputer pada stasiun tersebut. Peristiwa itu terjadi pada Jumat pekan lalu (21 Februari 2020).
Namun, alih-alih membayar tebusan, kepala stasiun menyatakan lebih memilih untuk menyewa konsultan TI luar untuk membantu mereka menangani infeksi ransomware.
RMLD mengatakan bahwa tim IT-nya telah bekerja untuk mengidentifikasi dan mengisolasi masalah. Ada juga bantuan dari luar untuk memastikan bahwa semua jejak malware telah dihapus.
Pada akun twitter resminya @readinglight, perusahaan mengatakan meskipun terjadi serangan layanan listrik di kota itu tidak terganggu, dan jaringan tetap aman.
"Situs web RMLD, http://rmld.com, saat ini tidak tersedia karena masalah yang dialami vendor kami. Kami belum bisa memastikan kapan masalah ini selesai. Masalah ini memengaruhi beberapa situs web kota di Massachusetts. Pembaruan akan dibagikan saat tersedia."
Selain itu RLMD juga mengatakan, tidak ada indikasi bahwa data keuangan pelanggan turut diretas sebagai akibat dari serangan itu. Sebab, informasi mengenai rekening bank pelanggan dan kartu kredit disimpan dalam sistem terpisah yang dikelola oleh penyedia faktur pihak ketiga.
Data pelanggan yang mungkin terpapar dalam serangan itu meliputi nama, alamat, alamat email, dan catatan tentang seberapa banyak listrik yang diakses individu.
Sampai saat ini, RMLD belum mengkonfirmasi bagaimana ransomware memasuki sistem komputer mereka, dan penyedia pasokan listrik juga tidak menyatakan berapa banyak uang yang diminta oleh penyerang.
Menurut catatan yang diperoleh NBC10 Boston, 1 dari 6 komunitas Massachusetts telah ditargetkan oleh ransomware dan setidaknya 10 komunitas telah menggunakan uang pembayar pajak untuk memulihkan data yang dikunci.[]
Editor: Yuswardi A. Suud