Produk Pendidikan Google Digugat, Diduga Memata-matai Anak

Ilustrasi

Cyberthreat.id- New Mexico menuntut raksasa Google atas tuduhan pelanggaran privasi anak. Google dianggap memata-matai anak menggunakan produk dan layanannya. Jaksa Agung New Mexico, Hector Balderas, menyebut Google menggunakan produk pendidikannya untuk memata-matai anak beserta keluarganya.

Google, kata Balderas, mengumpulkan banyak sekali informasi pribadi siswa, termasuk data tentang lokasi terkini, website yang dikunjungi, video YouTube yang ditonton dan rekaman suara.

"Konsekuensi pelacakan Google tidak dapat dilebih-lebihkan: Anak-anak sedang dipantau oleh salah satu perusahaan penambangan data terbesar di dunia, di sekolah, di rumah, di perangkat seluler, tanpa sepengetahuan mereka dan tanpa izin dari orang tua mereka," kata Balderas dilansir New York Times, Kamis (20 Februari 2020).

Balderas menambahkan, Google telah menggunakan produk-produk pendidikannya sebagai alat melacak anak-anak sekolah untuk tujuan non-sekolah. Saat siswa masuk ke Chromebook, Google mengaktifkan fitur yang menyinkronkan browser Chrome-nya dengan perangkat lain yang digunakan oleh siswa di akun tersebut. Ini secara efektif memadukan sekolah siswa dan aktivitas web pribadi ke dalam satu profil yang dapat dilihat Google.

"Fitur yang mencegah Google dari akses penuh ke data-data itu juga dimatikan secara default."

Dalam gugatannya, New Mexico mengklaim terjadi pelanggaran terhadap Children's Online Privacy Protection Act. UU itu mengharuskan perusahaan untuk mendapatkan persetujuan orang tua sebelum mengumpulkan nama, informasi kontak dan detail pribadi lainnya dari seorang anak di bawah 13.

Disebutkan juga Google telah menipu sekolah, orang tua, guru, dan siswa dengan memberi tahu mereka bahwa tidak ada masalah privasi dengan produk pendidikannya. Pada kenyataannya, perusahaan telah mengumpulkan segudang detail yang berpotensi sensitif terhadap aktivitas dan lokasi online siswa.

Tanggapan Google

Juru bicara Google, Jose Castaneda, mengatakan bahwa gugatan yang diajukan New Mexico secara faktual salah. Menurut dia, G-Suite for Education memungkinkan sekolah mengontrol akses akun dan mengharuskan sekolah mendapatkan izin orang tua siswa jika diperlukan.

"Kami tidak menggunakan informasi pribadi dari pengguna di sekolah dasar dan menengah untuk menargetkan iklan," ungkap Castaneda dalam sebuah pernyataan resmi.

Selama delapan tahun terakhir, Google telah menjadi salah satu merek teknologi yang dominan di sekolah-sekolah umum AS hingga dunia. Google mengalahkan pesaing seperti Apple dan Microsoft dengan menawarkan serangkaian tools dan layanan yang murah dan mudah untuk digunakan oleh siapapun.

Saat ini, lebih dari setengah sekolah negeri di New Mexico dan 90 juta siswa dan guru di seluruh dunia menggunakan aplikasi Pendidikan Google yang gratis seperti Gmail dan Google Documents. Lebih dari 25 juta siswa dan guru juga menggunakan Chromebook, laptop yang berjalan di sistem operasi Chrome.

Selama bertahun-tahun, para orang tua dan kelompok privasi mengeluh bahwa Google menggunakan produk pendidikannya untuk melacak jutaan anak sekolah tanpa merinci praktik penambangan data yang memadai atau mendapatkan izin orang tua yang eksplisit untuk pelacakan. Selama ini, Google selalu beralasan bahwa mereka menerapkan kebijakan privasi yang berbeda untuk produk yang berbeda.

Google mengatakan produk inti untuk sekolah, termasuk Gmail dan Drive, telah mematuhi peraturan privasi yang mewajibkan perusahaan untuk menggunakan data siswa hanya untuk tujuan sekolah. Perusahaan mengatakan produk-produk pendidikan inti tersebut tidak mengumpulkan data siswa untuk tujuan iklan atau menampilkan iklan yang ditargetkan.

Google telah menyatakan bahwa layanan perusahaan lain, seperti YouTube, yang juga digunakan oleh banyak sekolah, berada di bawah kebijakan privasi konsumen yang memungkinkannya mengumpulkan data pengguna untuk keperluan bisnisnya sendiri, seperti pengembangan produk.

Bukan Gugatan Pertama

Ini bukan pertama kalinya New Mexico berselisih dengan Google di pengadilan. Pada 2018 lalu, New Mexico mengajukan gugatan terpisah dengan mengatakan bahwa pembuat aplikasi anak-anak yang populer, bersama dengan jaringan iklan seperti Google dan Twitter, telah melanggar undang-undang privasi anak-anak federal.

"Pada 2019, Google meminta hakim federal untuk menolak gugatan tersebut."

Untuk meredakan kekhawatiran tentang penambangan data pendidikan, pada 2015 Google menyetujui penandatanganan ikrar industri sukarela tentang privasi siswa. Di bawah ikrar tersebut, Google berjanji untuk tidak mengumpulkan, memelihara, menggunakan, atau membagikan informasi pribadi siswa di luar yang diperlukan untuk tujuan pendidikan.

Google juga menyetujui untuk tidak menggunakan informasi siswa yang dikumpulkan dari layanan pendidikannya digunakan untuk penargetan iklan perilaku, tidak menyimpan informasi pribadi siswa melebihi waktu tertentu kecuali menerima izin dari orang tua.

Sebelumnya, pada September 2019, Google juga terkena kasus serupa yang menyebabkan Google harus membayar denda $ 170 juta (Rp 2,3 triliun) untuk menyelesaikan tuduhan federal dan Negara Bagian New York karena secara ilegal memanen data pribadi anak-anak di YouTube. []

Redaktur: Arif Rahman