Pakar AS Kembali Ingatkan Serangan Siber Terhadap Satelit
Cyberthreat.id - Seorang pakar cyber memperingatkan bahwa hacker dapat meretas suatu satelit dan berpotensi mengubahnya menjadi senjata yang berbahaya. Hal itu diungkapkan William Akoto, seorang pakar yang mengatakan peretas mampu mengambil kendali atas satelit yang mengorbit di Bumi dan memiliki konsekuensi yang mengerikan.
Fungsi satelit, kata Akoto, memiliki potensi untuk merevolusi banyak aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari mengalirkan akses internet ke sudut-sudut terpencil dunia, hingga memantau lingkungan yang terdapat bahaya kritis karena kurangnya standar keamanan siber terhadap seluruh satelit.
"Di ujung skala duniawi, peretas bisa dengan mudah menutup satelit, menolak akses ke layanan mereka. Peretas juga bisa menipu sinyal dari satelit untuk menciptakan kekacauan pada infrastruktur kritis," kata Akoto dikutip New York Post, Rabu (19 Februari 2020).
Infrastruktur kritis yang dimaksud Akoto adalah jaringan listrik, jaringan air dan sistem transportasi. Sebab, ketiganya memerlukan satelit untuk dapat berjalan. Misalnya, pada sistem transportasi itu membutuhkan satelit navigasi untuk mengarahkannya ke suatu titik lokasi.
Perlunya pendorong pada satelit untuk mempercepat, memperlambat dan mengubah arah di ruang angkasa menjadi hal yang krusial. Jika peretas mengambil kendali fitur pendorong itu, maka konsekuensinya sangat berbahaya. Peretas dapat mengubah orbit satelit, menabrakannya ke satelit lain atau bahkan Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Akhir September 2019 Director of Program Planning Secure World, Brian Weeden, mengatakan sangat mungkin untuk melakukan serangan siber terhadap satelit.
"Satelit pada dasarnya hanya komputer yang menjalankan beberapa perangkat khusus, tetapi mereka sering menjalankan operating system (OS) umum, seperti Unix atau Linux. Mereka rentan terhadap banyak serangan siber yang sama seperti setiap komputer lainnya," ucap dia.
Selain itu, satelit ini umumnya dikontrol dari stasiun darat. Stasiun yang menjalankan komputer dengan kerentanan dalam perangkat lunaknya dapat dieksploitasi oleh peretas. Kemudian, jika peretas berhasil menyusup, mereka dapat mengirim perintah jahat ke satelit.
Untuk itu, Akoto mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk menerapkan peraturan ketat terkait keamanan siber terhadap satelit, mengingat pentingnya peranan dari satelit.
"Lambatnya langkah kongres, pendekatan para pemangku kepentingan yang melibatkan kerjasama publik dan swasta mungkin diperlukan untuk memastikan keamanan siber. Apapun langkah yang diambil pemerintah dan industri, sangat penting untuk bertindak sekarang."
Berikut catatan dari Akoto terkait peretasan satelit:
1. Tahun 1998, ketika peretas mengambil kendali atas satelit ROSAT X-Ray AS. Hacker berhasil meretas komputer Goddard Space Flight Center (Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard) di Maryland.
Kemudian, para peretas menginstruksikan satelit untuk mengarahkan panel suryanya langsung ke matahari. Hal itu membuat baterai pada panel surya hangus dan menjadikan satelit tidak berguna. Belum jelas siapa dibalik peretasan itu.
2. Pada tahun 1999, peretas juga berhasil mengambil kendali atas satelit SkyNet milik AS. Peretas itu kemudian menahan satelit tersebut dan meminta uang tebusan agar dapat mendapatkan kendali atas satelit SkyNet.
3. Tahun 2008, para peretas dilaporkan telah mengambil kendali penuh atas dua satelit NASA. Sayangnya peretas itu hanya bertahan sekitar sembilan menit sebelum NASA kembali mendapatkan kendali kembali. Diduga, para peretas yang melakukan aksi tersebut berasal dari China.
4. Tahun 2018, sekelompok peretas yang didukung China dilaporkan telah meluncurkan kampanye peretasan canggih yang ditujukan untuk operator satelit dan kontraktor pertahanan.
Redaktur: Arif Rahman