Saudi Aramco Akui Serangan Siber ke Perusahaan Meningkat
Riyadh, Cyberthreat.id – Saudi Aramco, perusahaan minyak nasional Arab Saudi, menyatakan, telah terjadi peningkatan serangan siber yang menargetkan perusahaan selama kuartal keempat 2019.
“Secara keseluruhan pasti ada peningkatan upaya serangan siber dan kami berhasil mencegahnya sedini mungkin,” kata Khalid al-Harbi, Kepala Petugas Keamanan Informasi Saudi Aramco kepada Reuters, Jumat (7 Februari 2020).
Menurut Khalid, pola serangan siber bersifat siklus dan kami melihat bahwa jumlahnya kian meningkat. Saya curiga bahwa ini akan terus menjadi tren,” kata dia.
Khalid mengakui bahwa memang ada upaya serangan Emotet tetapi berhasil dicegah. Menurut dia, mengidentifikasi sumber serangan siber adalah aspek paling sulit dari keamanan siber.
Khalid enggan memberikan perincian lebih lanjut bentuk-bentuk serangan dan siapa aktor di balik serangan tersebut.
Arab Saudi sering menjadi target serangan dunia maya, termasuk virus "Shamoon", yang melumpuhkan komputer dengan menghapus cakram padat (hard disk). Target serangan kantor-kantor pemerintah dan perusahaan petrokimia. Terakhir serangan terjadi pada 2017.
Aramco, yang memompa 10 persen dari pasokan minyak global, mengalami serangan dunia maya terbesar pada Agustus 2012. Ketika itu serangan virus Shamoon merusak sekitar 30.000 komputer dan menghentikan produksi minyak dan gas milik eksportir terbesar OPEC itu. Pada September 2019, fasilitas Aramco juga diserang oleh serangan drone dan rudal.
Pada Selasa lalu, CEO Aramco, Amin Nasser, mengatakan di sela-sela forum keamanan dunia maya di Riyadh, bahwa perusahaannya menempatkan keamanan dunia maya di antara risiko-risiko teratas perusahaan, "setara dengan kehilangan pangsa pasar, teknologi yang mengganggu, kecelakaan industri yang serius, dan guncangan geopolitik”.[]