Tantangan Adopsi Teknologi AI dan ML Menurut Red Hat

Country Manager Red Hat Indonesia Rully Moulany di Jakarta, Senin (27 Januari 2020). | Foto: Cyberthreat.id/Tenri Gobel

Jakarta, Cyberthreat.id – Red Hat, perusahaan penyedia perangkat lunak sumber terbuka (open source) asal North Carolina, Amerika Serikat, baru-baru ini membuat survei terkait prediksi tren teknologi pada 2020.

Dalam survei bertajuk “2020 Red Hat Global Costumer Tech Outlook”, Red Hat menyebutkan, salah satu teknologi yang bakal diadopsi perusahaan-perusahaan secara global adalah teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan pembelajaran mesin (machine learning/ML).

Menurut Country Manager Red Hat Indonesia, Rully Moulany, tren otomasi berbasiskan AI menjadi perhatian pasar pada tahun ini. Tren otomasi ini diyakini bisa membuat kinerja perusahaan-perusahaan besar kian efisien dalam mencapai tujuan bisnis. Ia mencontohkan tren teknologi AI ini diadopsi industri perbankan.

Menurut Rully, tren teknologi AI/ML diprediksi menjadi prioritas bagi perusahaan-perusahaan secara global. Padahal, pada survei Red Hat 2019, keduanya tidak masuk dalam tiga besar prediksi tren teknologi yang diadopsi pasar.

Tahun lalu, kata dia, blockchain menduduki puncak daftar beban kerja teknologi baru yang menjadi perhatian pasar. Namun, prediksi Red Hat pada tahun ini, blockchain melorot ke posisi empat di bawah AI/ML.

Namun, untuk mengadopsi AI/ML ini tidak mudah, kata dia. Dalam survei Red Hat ditemukan sejumlah tantangan untuk mengadopsi AI/ML, antara lain: (1) terkait dengan pengelolaan kompatibilitas dan kompleksitas perangkat lunak yang berkembang (29 persen). Selanjutnya, (2) akses ke data yang relevan (22 persen), menyediakan infrastruktur (22 persen), dan mengoptimalkan model untuk kinerja (22 persen).

“Aspek data sering diabaikan, [padahal] mendapatkan data yang relevan dan mentransformasikan data ke model adalah tantangan tersendiri dalam proyek AI,” demikian dalam survei Red Hat.

Rully mencontohkan penerapan AI/ML ini dengan analogi melatih hewan peliharaan. "Kalau bicara machine learning, itu harus melakukan apa yang dimaksudkan dengan training data. Dataset-nya itu mesti dilatih dulu, semacam punya hewan peliharaan, kita latih dulu,” ujar Rully dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (27 Januari 2020).

“Cara melatihnya dengan data model. Dataset yang valid dimasukkan pada data model tersebut. Inilah tantangannya,” ia menambahkan.

Dalam survei Red Hat juga menyinggung transformasi digital yang bakal meningkat di kalangan perusahaan. Ia mencontohkan penggunaan teknologi komputasi awan (cloud computing). Salah satu yang disinggung adalah cloud hybrid.

“Sebanyak 21 persen responden menerapkan pendekatan cloud private [cloud yang dikelola perusahaan sendiri, red]dan hanya empat persen mengimplementasikan strategi cloud public [cloud disediakan oleh pihak ketiga],” tulis survei tersebut.

Survei Red Hat tersebut dilakukan antara Agustus-September 2019 dengan mengambil 876 responden di Asia Pasifik, termasuk Indonesia.[]

Redaktur: Andi Nugroho