Sebelum Mewabah, Startup AI Ini Ingatkan Soal Virus Corona

Tangkapan layar situs BlueDot

Cyberthreat.id - Mata dunia kini sedang tertuju ke wabah virus corona. Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengumumkan peringatan pada 9 Januari 2020. Sementara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat menyebarkan kabar itu pada 6 Januari 2020.

Ternyata, sebelum kedua lembaga itu, sebuah startup kesehatan yang dilengkapi alogaritma kecerdasan buatan (artificial inteligence) telah menyebarkannya terlebih dahulu.

Dilansir dari Wired.com, Senin (27 Januari 2020), startup asal Canada bernama BlueDot telah menyebarkan peringatan pada 31 Desember 2020.

BlueDot bekerja dengan menjelajahi laporan berita dalam berbagai bahasa di internet, menyangkut jaringan penyakit dan tumbuhan. Data yang diperoleh kemudian digunakan untuk menyebarkan peringatan ke masyarakat agar menghindari zona berbahaya seperti kota Wuhan di China yang merupakan lokasi awal persebaran virus corona.

Pendiri dan CEO BlueDot, Kamran Khan mengatakan informasi mengenai wabah penyakit menular harus ceoat disampaikan ke masyarakat.

"Kami tahu bahwa pemerintah mungkin tidak dapat diandalkan untuk memberikan informasi secara tepat waktu, karenanya kami mencari berita yang muncul dari forum atau blog tentang indikasi beberapa peristiwa yang terjadi secara tidak wajar," kata Khan.

Khan juga mengatakan bahwa metode algoritma yang digunakan BlueDot, tidak mengacu pada data yang diunggah di media sosial. Sebab, data-data tersebut dianggap terlalu berantakan. BlueDot mengklaim punya akses ke data maskapai global yang dapat membantu memprediksi ke negara mana saja dan kapan virus berbahaya akan menyebar.  

Prediksi BlueDot terbukti bahwa virus itu sudah menyebar ke beberapa negara yakni Bangkok, Seoul, Taipei, dan Tokyo dalam beberapa hari setelah kemunculan awal.

Kamran Khan, yang bekerja sebagai spesialis penyakit menular di rumah sakit Toronto selama epidemi SARS tahun 2003 itu memang terobsesi menemukan cara yang lebih baik untuk melacak penyakit.

"Saya merasa sedikit deja vu sekarang. Di tahun 2003, saya menyaksikan virus SARS membanjiri kota Toronto dan melumpuhkan beberapa rumah sakit bahkan ada banyak kelelahan mental dan fisik pada saat itu. Lalu saya berpikir hal itu jangan sampai terulang lagi," kata Khan.

Setelah menguji beberapa program, Khan meluncurkan BlueDot pada tahun 2014 dan mengumpulkan US$9,4 juta (setara Rp127 miliar) sebagai modal awal.

BlueDot menggunakan pemrosesan bahasa dan teknik pembelajaran mesin untuk menyaring laporan berita dalam 65 bahasa, bersama dengan data maskapai dan laporan wabah penyakit hewan. Setelah penyaringan data selesai, lalu dilanjutkan dengan analisa oleh para ahli.

Menurut Khan, para ahli epidemiologi akan memeriksa apakah kesimpulan data itu masuk akal dari sudut pandang ilmiah atau tidak. Setelah dianggap masuk akal dari sudut pandang ilmiah, laporan BlueDot kemudian dikirim ke pejabat kesehatan masyarakat di berbagai negara termasuk Amerika Serikat (AS) dan Kanada, maskapai penerbangan, dan rumah sakit.

Sebelumnya, BlueDot juga berhasil memprediksi lokasi wabah Zika di Florida Selatan enam bulan sebelumnya dalam publikasi di jurnal medis Inggris The Lancet.

Sementara itu laporan terbaru dari China menyebutkan korban meninggal akibat wabah virus corona kini mencapai 80 orang. Data itu seperti dilaporkan AFP mengutip keterangan Komisi Kesehatan Nasional China pada Senin (27 Januari 2020). Kematian terbaru dilaporkan berada di Provinsi Hubei, yakni sebanyak 24 orang. Sementara total kasus yang dikonfirmasi secara nasional naik tajam menjadi 2.744.

Komisi Kesehatan Hubei mengungkapkan penularan terpantau tetap berasal dari kota Wuhan yang merupakan ibu kota Provinsi Hubei. Wuhan dan sejumlah kota lain di provinsi Hubei kini diisolasi, termasuk dengan menutup akses transportasi.

Virus Corona ini menebar kekhawatiran global karena dinilai sangat mirip dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang pada 2002-2003 menewaskan ratusan orang di China dan Hong Kong.[]