Waspadai Ancaman Siber di Seputar Virus Korona

Foto: PolitiFact

Cyberthreat.id – Ketika Anda membaca judul ini, pasti bayangan pertama adalah sebuah serangan siber yang dilakukan oleh peretas (hacker) dengan kecanggihan coding atau malware yang berkaitan dengan virus korona.

Virus korona yang saya sebut di tulisan ini bukanlah virus komputer, loh! Ini benar-benar virus yang menyerang hewan dan manusia dengan gejala mirip penyakit flu.

Virus korona yang diduga berasal dari Wuhan, China telah menyebar ke sejumlah negara dan menjadi isu terbesar dunia saat ini. (cek perkembangan virus ini di peta online atau bisa di sini)

Tangkapan layar dari situs web gisanddata.maps.arcgis.com terkait pembaruan terakhir virus korona yang diakses pada Senin (27 Januari 2020) pukul 07.15 WIB.


Seiring ancaman virus korona di dunia nyata, virus ini pun “menginfeksi” pengguna internet. Banyak informasi yang berseliweran datang dan pergi mengenai virus ini di dunia maya. Dan, Anda harus pahami, bahwa ancaman siber tidak selalu berarti serangan ke jaringan atau komputer.

Ancaman siber bisa lebih luas dari sekadar teknis serangan hacker, tapi informasi yang salah (disinformation) atau kampanye hoaks atau berita palsu juga bagian dari ancaman siber—justru memiliki dampak rusak lebih besar karena mempengaruhi persepsi dan keyakinan seseorang.

Selama segala sesuatu itu beredar luas di dunia maya; dari aplikasi ke aplikasi, dari platform satu ke platform lain, di situlah ancaman siber menyergap Anda.

Banyak klaim informasi dibagikan warganet Facebook, Twitter, dan lainnya dengan berbagai konspirasi, termasuk konspirasi bagaimana Bill Gates dan yayasannya di balik virus korona tersebut.

Tampaknya, ini bakal menjadi pekerjaan rumah terbesar Facebook, Twitter, dan platform media sosial lain untuk bekerja keras menghapus klaim-klaim informasi salah itu.

Paten virus korona

Ketidakakuratan informasi pertama yang didapat PolitiFact.com adalah soal paten virus korona. Informasi ini diviralkan di media sosial awal Januari ini ketika kabar korona mulai terungkap ke publik.

PolitiFact adalah lembaga nonprofit beranggotakan wartawan independen yang dimiliki Poynter Institute for Media Studies; sebelumnya dimiliki Tampa Bay Times. Mereka menerapkan prinsip jurnalisme pengecekan fakta (fact-checking journalism is the heart of PolitiFact).

Warganet pendukung teori konspirasi sayap kanan jauh, QAnon, dan antivaksin mengembangkan isu bahwa vaksin untuk virus korona sedang dikembangkan dan tudingan itu dibebankan ke pundak pemerintah Donald Trump karena program vaksinasi.

“Paten virus korona dimiliki oleh Pirbright Institute,” kata Shiva Ayyadurai, seorang politisi Republik AS yang mencalonkan diri untuk Senat AS di Massachusetss di akun Facebook-nya.


Postingan itu menjadi pemicu teori konspirasi dan provokator dari sayap kanan. Diunggah pada 24 Januari lalu, status Shiva telah di-Like sebanyak 525 dan dibagikan 290 kali serta dikomentari 131 kali.

Pirbright Institute adalah lembaga penelitian di Surrey Inggris yang khusus mempelajari penyakit menular pada hewan ternak.

Untuk membuktikan paten itu, pendukung teori konspirasi itu sekalian melampirkan pula tautan paten di Google dan Justia.

Sayangnya, menurut PolitiFact, tautan yang dibagikan tersebut adalah paten terkait dengan virus korona yang menyebabkan SARS, yang berbeda dengan virus korona di Wuhan.

“Belum ada vaksin yang tersedia untuk semua virus korona, apalagi yang itu (virus korona di Wuhan, red),” ujar Amesh Adalja, ahli penyakit menular dan keamanan biologi (biosecurity) dari Pusat Keamanan Kesehatan Universitas John Hopkins. Cek artikel yang ditulis Amesh Adalja menanggapi isu virus korona di sini.

Menurut penelusuran PolitiFact, ada tujuh jenis virus korona yang dapat menginfeksi manusia. Salah satunya, dikategorikan sebagai Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV), atau dikenal sebagai virus korona Wuhan karena ditemukan pertama di Wuhan, China tengah. Virus ini masih satu keluarga dengan virus SARS-CoV dan MERS-CoV yang juga sama-sama menyebabkan sindrom pernafasan akut parah.

“Tidak ada paten yang kadaluwarsa terkait dengan virus korona Wuhan, dan saat ini juga belum ada vaksin untuk virus korona Wuhan,” demikian kesimpulan PolitiFact.

 

Bill Gates  dan tudingan paten vaksin

Di media sosial, pendukung teori konspirasi mengklaim bahwa Yayasan Bill Gates yang dikelola bos Microsoft dan istrinya, Melinda Gates dianggap telah mengambil untung dari isu virus korona.

Tuduhan itu, menurut PolitiFact, diedarkan luas oleh kelompok QAnon di halaman Facebook dan 4Chan—sebuah forum internet pinggiran tempat berkecamuk teori konspirasi “profil tinggi” dibuat.

Untuk memperkuat klaim itu, mereka menunjukkan “hubungan keuangan antara Gates Foundation dan Pirbright Institute serta acara yang diadakan pada 18 Oktober 2019”.


"Yayasan Bill dan Melinda Gates, Sekolah Kesehatan Publik Johns Hopkins Bloomberg dan Forum Ekonomi Dunia bersama-sama menyelenggarakan sebuah acara di NYC di mana 'pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, dan pejabat kesehatan' bekerja bersama-sama dalam wabah virus korona yang disimulasikan," demikian bunyi sebuah artikel yang diterbitkan oleh situs web yang disebut IntelliHub.

Artikel itu diterbitkan ulang dari InfoWars, situs web konspirasi yang dijalankan oleh Alex Jones. Situs web tersebut sebelumnya juga menyebarkan informasi yang salah, misalnya, tentang korban penembakan Sandy Hook dan orientasi seksual katak.

Penelusuran PolitiFact menunjukkan simulasi wabah pada 18 Oktober memang ada (bisa cek di sini keterangan resmi soal pertemuan itu), tapi tidak memprediksi soal virus korona di Wuhan. Mereka hanya memodelkan pandemi virus korona fiksi.

Selanjutnya, memang ada catatan pajak yang menunjukkan bahwa Gates Foundation mendukung Pirbright Institute di masa lalu. Institut Pirbright memiliki paten untuk SARS, virus korona yang berbeda dari strain (galur) virus korona Wuhan.

Namun, fakta-fakta itu tidak membuktikan Yayasan Bill Gates mengambil untung dari wabah terbaru virus korona. Yang ada, justru mereka mendanai organisasi yang bekerja untuk mencegah epidemi.

Virus korona dan senjata biologi

Klaim lain yang berbedar di internet adalah virus korona dibuat di sebuah laboratorium dan dijadikan sebagai senjata biologi untuk pengendalian populasi.

Bahkan, pendukung teori konspirasi itu membuat sebuah sebuah video yang dilakukan oleh David Zublick, YouTuber yang terkenal dengan pengusung teori konspirasi dan memiliki ratusan ribu subscribers.

"Beberapa situs web berita, terutama situs web berita dan kesehatan alternatif, berada di bawah serangan siber untuk melaporkan apa yang merupakan kisah besar tentang fakta, bahwa virus corona ini menyapu China, dan yang sekarang telah menyebar ke negara lain, termasuk Amerika Serikat, sebenarnya adalah serangan biologis yang dilakukan di Amerika Serikat dan negara lain," kata dia dalam video.

Berikut ini video konspirasi itu:

 

Selain PolitiFact, Factcheck.org dan Healthfeedback.org menyanggah teori konspirasi tersebut.

Tidak ada bukti untuk mendukung klaim itu. Sementara penyelidikannya masih berlangsung, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan bahwa virus korna tampaknya berasal dari pasar makanan laut dan hewan di Wuhan. Dari sana, menyebar melalui pelancong ke beberapa negara Asia, Perancis, dan Amerika Serikat.[]