Masyarakat Hati-hati, Ini Hoaks Tentang Virus Corona

Ilustrasi hoaks virus Korona

Cyberthreat.id - Masyarakat diingatkan untuk selalu mewaspadai hoaks terkait virus Korona. Sejumlah media asing melaporkan tentang penyebaran disinformasi dan hoaks terkait virus Corona/Korona yang sudah menjadi ancaman global ini.

Dilansir dari Buzz Feed News, penyebaran berita bohong terkait virus Korona sudah menyebar ke beberapa negara mulai dari China, Jepang, Amerika Utara, Prancis dan Eropa, Timur Tengah dan Amerika Selatan.

Konten yang disebarkan mulai dari narasi hingga foto, video dan audio. Bahkan hoaks yang beredar terkadang sudah tidak masuk akal namun tetap saja di sharing melalui media sosial. Dan penyebaran melalui medsos ini sifatnya masif dan cepat sehingga merusak pikiran.

"Orang tua tega meninggalkan anaknya di bandara karena terjangkit virus Korona," tulis Buzz Feed News tentang sebuah hoaks virus Korona, Sabtu (25 Januari 2020).

Sebuah website di Amerika Serikat (AS) turut dikabarkan menjadi korban hoaks tentang virus Korona. Hal Turner Show, sebuah acara talkshow politik, melalui website menyatakan sekitar 23 juta orang sudah terinfeksi virus Korona. Dari jumlah itu, 112 ribu korban dikabarkan telah tewas.

"Jumlah dan berita yang disiarkan jelas sekali salah," tulis reporter Buzz Feed News, Jane Lytvynenko.

Kemudian hoaks berupa konten video yang menyatakan korban virus Korona seperti zombie, dimana puluhan ribu korban di China tiba-tiba berjatuhan di jalanan. Hoaks ini juga menyebar di berbagai grup-grup percakapan seperti WhatsApp.

Foto seorang wanita yang memakan sup kelelawar juga menyebar dengan masif di sejumlah platform media sosial. Narasi di foto tersebut menyatakan virus Korona berasal dari sebuah pasar seafood dan daging di Wuhan, China. Daging kelelawar yang dikonsumsi diduga menjadi salah satu penyebar virus Korona.

"Tidak ada bukti yang menyatakan virus Korona terkait dengan foto dan kelelawar."

Akun @Jordan_Sather_ di Twitter turut menyebarkan hoaks yang menyatakan tahun 2015 sudah ada hak paten terkait virus Korona berikut vaksinasinya. Sayangnya, info ini lagi-lagi 100 persen salah dan tidak akurat. Yang benar adalah tahun 2015 memang ada paten untuk pengembangan vaksin Korona tetapi hanya berdampak terhadap burung.

Akun-akun anonim dan pemilik akun yang kurang informasi tentang virus Korona turut menjadi penyebar hoaks dan disinformasi. Biasanya mereka sharing atau resharing konten tanpa mempertimbangkan atau tanpa membaca terlebih dahulu.