Pejabat PBB Dilarang Pakai WhatsApp, Ini Penyebabnya
Cyberthreat.id - Pejabat di lingkungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) ternyata dilarang menggunakan WhatsApp sejak 2019 lalu. Aplikasi perpesanan milik Facebook itu dinilai tidak didukung mekanisme yang aman meskipun telah menggunakan enkripsi ujung ke ujung (end to end encryption).
"Pejabat resmi di PBB diinstruksikan untuk tidak menggunakan WhatsApp, ia tidak didukung sebagai sebuah mekanisme yang aman. Jadi tidak, Sekjen tidak menggunakannya," kata juru bicara PBB, Farhan Haq menjawab pertanyaan wartawan apakah Sekjen PBB Antonio Guterres menggunakan WhatsApp seperti dilansir dari Reuters, Jumat (24 Januari 2020).
Isu keamanan WhatsApp mencuat setelah penyelidik khusus PBB merilis tentang bukti-bukti awal dugaan keterlibatan putra mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dalam peretasan ponsel milik orang terkaya dunia, Jeff Bezos.
Penyelidik PBB lewat analisis digital forensik menemukan bahwa data-data terangkut keluar dari ponsel Bezos setelah mendapat pesan WhatsApp dari pangeran Saudi berupa file video yang diduga mengandung spyware.
Ditanya tentang keputusan PBB itu, WhatsApp mengatakan mereka menyediakan keamana untuk lebih dari 1,5 miliar penggunanya di seluruh dunia.
"Setiap pesan pribadi dilindungi enkripsi end-to-end untuk mencegah WhatsApp atau pihak lain melihat isi pembicaraan. Teknollogi enkripsii yang kami kembangkan dengan signal dinilai sangat aman oleh pakar keamanan dan jadi yang terbaik untuk orang di dunia," kata Direktur Komunikasi WhatsApp Carl Woog.
Peneliti dari perusahaan keamanan siber Checkpoint mengatakan, meskipun terkadang ditemukan kelemahan, namun sistem pengamanan WhatsApp dianggap masih lebih baik dari yang lain.
WhatsApp "menangani keamanan dengan sangat serius dibandingkan dengan yang lain," kata Oded Vanunu, peneliti di Checpoint.
"Setiap aplikasi memiliki kerentanan yang dapat Anda manfaatkan dengan cara tertentu, namun WhatsApp bisa memperbaikinya dengan baik," katanya.
Namun begitu, pada akhir Oktober 2019 lalu, Facebook menggunggat perusahaan Israel NSO Group atas tuduhan telah meretas pengguna WhatsApp.
Facebook menuduh NSO Group menggunakan server WhatsApp untuk menyebarkan malware ke 1.400 ponsel dalam upaya menargetkan wartawan, diplomat, aktivis hak asasi manusia, pejabat senior pemerintah dan pihak lain. Gugatan itu mengatakan malware tidak dapat merusak enkripsi aplikasi milik Facebook, dan sebaliknya menginfeksi telepon pelanggan, lalu memberikan NSO akses ke pesan setelah didekripsi pada perangkat penerima.
Facebook juga menyebut Q Cyber, perusahaan yang berafiliasi dengan NSO, sebagai terdakwa kedua dalam kasus ini.
NSO Group membantah tuduhan Facebook.
Dalam kasus peretasan ponsel Bezos, penyidik PBB juga menyebut nama NSO Grup sebagai piihak yang diduga terlibat.[]