Ponsel Bos Amazon Jeff Bezos Diretas Arab Saudi

Jeff Bezos, bos Amazon juga pemilik Whasington Post | Foto: The Guardian

Cyberthreat.id – Miliarder perusahaan teknologi informasi juga CEO Amazon, Jeff Bezos, dikabarkan menjadi target peretasan yang dilakukan oleh Putra Makhota Arab Saudi Mohammed bin Salman pada 2018.

Kabar itu dilaporkan wartawan The Guardian, Stephanie Kirchgaessner dalam dua tulisan investigasinya bertajuk Amazon boss Jeff Bezos’s phone ‘hacked by Saudi crown prince’ dan Revealed: the Saudi heir and the alleged plot to undermine Jeff Bezos yang terbit pada Selasa (21 Januari 2020).

Menurut sumber anonim The Guardian, Bezos mendapatkan pesan WhatsApp yang diduga berasal dari akun pribadi Salman.

“Pesan terenkripsi dari nomor yang digunakan Salman itu diyakini telah menyertakan file jahat (malicious file) yang menyusup ke ponsel orang terkaya di dunia itu, menurut hasil analisis forensik digital,” tulis Stephanie.

Analisis digital forensik tersebut meyakini bahwa intrusi ke ponsel itu dipicu oleh file video yang terinfeksi file jahat dan berasal dari kiriman dari akun Salman ke Bezos—juga pemilik surat kabar terkemuka Washington Post.

Menurut Stephanie, yang mengutip dari sumber anonimnya, obrolan WhatsApp yang tampak ramah itu terjadi pada 1 Mei 2018. Efek dari dugaan peretasan itu data-data pribadi Bezos di ponsel telah diambil. Sayangnya, sumber itu tidak menyebutkan data-data apa yang diambil.


Berita terkait:


Pemerintah Arab Saudi sejauh ini belum memberikan komentar terhadap laporan tersebut, sedangkan pengacara Bezos menolak berkomentar dan hanya menyampaikan kliennya mendukung upaya investigasi.

Tim internal Bezos mulai menyelidiki ponselnya pada Januari 2019 setelah tabloid The National Enquirer menerbitkan cerita yang mengungkapkan perselingkuhannya di luar nikah dengan Lauren Sanchez.

Setelah publikasi itu, Bezos menulis sebuah unggahan dan menuding bahwa induk perusahaan majalah itu, American Media Inc. (AMI), memerasnya dan mengancam akan mempublikasikan gambar-gambar telanjang Bezos, tulis Business Insider Singapura.

“Tentu saja saya tidak ingin foto-foto pribadi dipublikasikan, tetapi saya juga tidak akan berpartisipasi dalam praktik pemerasan mereka...," Bezos menulis kala itu.

Kisah tersebut memicu tim keamanan Bezos untuk mengungkap bagaimana teks pribadi CEO diperoleh oleh tabloid itu.

Sementara AMI mengatakan, informasi itu didapat dari saudara lelaki dari pacar Bezos, justru penyelidikan oleh tim internal Bezos menemukan dengan "keyakinan tinggi" bahwa Arab Saudi telah berhasil "mengakses" telepon Bezos dan telah "memperoleh informasi pribadi".

Kepala keamanan Bezos, Gavin de Becker, menulis di Daily Beast pada Maret 2019, bahwa dirinya telah memberikan rincian penyelidikannya kepada petugas penegak hukum, tetapi tidak secara terbuka mengungkapkan informasi tentang bagaimana Arab Saudi mengakses telepon.

Dia juga menggambarkan "hubungan dekat" yang dikembangkan putra mahkota Saudi dengan David Pecker, CEO AMI pada bulan-bulan sebelum cerita Bezos diterbitkan.

De Becker menyimpulkan bahwa peretasan itu “hampir pasti” karena posisinya sebagai pemilik Washington Post, media yang selama ini mengkritik sengit terhadap Salman terkait pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Salman sendiri diduga kuat turut terlibat dalam perencanaan pembunuhan tersebut.

Analisis dampak

Media teknologi The Register menyebutkan bahwa laporan The Guardian tersebut adalah tudingan serius. Jika laporan itu benar dan telepon Bezos diretas melalui pesan langsung yang dikirim dari Salman, “Ini mungkin memiliki beberapa dampak serius,” tulis The Register.

Setidaknya ada dua alasan mengapa peretasan itu dianggap masalah serius menurut media yang fokus pada isu siber dan peretasan tersebut.

Pertama, laporan itu akan membuat jauh lebih sulit bagi pemerintah AS untuk menjawab pertanyaan apakah Mohammad bin Salman secara langsung bertanggung jawab atas pembunuhan Jamal Khashoggi di Kedubes Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada Oktober 2018.

Kedua, hal itu akan semakin meningkatkan ketidaknyamanan hubungan Salman dan Arab Saudi di kalangan bisnis AS. Sebab, penargetan pribadi dan bocornya informasi yang dikompromikan pada mitra bisnis potensial, bukanlah hal yang disukai petinggi-petinggi perusahaan AS.[]