Survei: Insiden Siber Risiko Tertinggi Dunia Bisnis
Cyberthreat.id – Survei menyebutkan, insiden dunia maya dianggap sebagai risiko tertinggi bagi dunia bisnis.
Setidaknya itu ditunjukkan oleh 39 persen dari responden 2.718 eksekutif di 100 negara, mulai CEO, manajer risiko, pialang, hingga pakar asuransi.
Padahal, tujuh tahun lalu ancaman dunia maya masih menempati peringkat ke-15 dalam daftar risiko bisnis. Faktor yang membuat para eksekutif ini khawatir dalam beberapa tahun terakhir adalah serangan ransomware.
Ketika ransomware menyerang, dampaknya begitu besar, terutama pada biaya. Belum lagi bentuk serangannya yang kian meningkat.
Selain itu, ketika peretas kabur ternyata masih meninggalkan biaya tambahan dalam bentuk litigasi—tentu saja biayanya tidak murah—dari konsumen atau investor yang telah menjadi dampak dari serangan itu atau pelanggaran data.
Merger dan akuisisi juga bisa menjadi sumber ancaman keamanan. Jika sebuah perusahaan membeli perusahaan dengan keamanan jaringan buruk atau penuh kerentanan, sama saja itu menanggung kerusakan yang dilakukan sebelum merger.
"Insiden (siber saat ini) menjadi lebih merusak, semakin menargetkan perusahaan besar dengan serangan canggih dan tuntutan pemerasan yang kuat,” tutur Marek Stanislawski, Wakil Kepala Dunia Maya Global di AGCS.
Kekhawatiran tentang serangan siber berada di antara tiga risiko teratas. Kekhawatiran ini ditunjukkan responden di Austria, Belgia, Prancis, India, Afrika Selatan, Korea Selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris, dan AS.
Di AS, kekahwatiran pada serangan siber berada di urutan tertinggi dengan 43 persen, lalu diikuti gangguan bisnis (37 persen) dan bencana alam (32 persen).
Survei tersebut disusun oleh Allianz Global Corporate & Specially (AGCS), demikian seperti dikutip dari ZDNet, Selasa (14 Januari 2020).
Lima tahun lalu, kata Stanislawski, permintaan uang tebusan ransomware hanya puluhan ribu dolar. “Sekarang mereka bisa mencapai jutaan dolar," kata dia.
Menurut laporan tersebut, kekhawatiran serangan siber bukan hanya karena penggunaan teknologi, apalagi pemanfaatan kecerdasan buatan dan ketergantungan pada platform digital, misal cloud. Namun, banyak insiden siber juga terjadi karena kesalahan manusia.
Redaktur: Andi Nugroho