Warner Bros. Adopsi AI untuk Sistem Manajemen Film
Cyberthreat.id – Warner Bros., perusahaan hiburan asal Los Angeles, AS akan mengembangkan proyek kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) bersama perusahaan perangkat lunak AI, Cinelytic.
“Warner Bros menjadi studio terbaru yang secara terbuka mengadopsi kecerdasan buatan,” tulis The Hollywood Reporter, Rabu (8 Januari 2020).
Divisi film Warner Bros akan menggunakan sistem manajemen proyek berbasis AI yang diluncurkan tahun lalu.
Warners akan memanfaatkan data komprehensif sistem dan analitik prediktif untuk memandu pengambilan keputusan.
Didirikan empat tahun lalu oleh Tobias Queisser, Cinelytic telah membangun dan menguji beta platform selama tiga tahun. Pada 2018, perusahaan mengumpulkan modal sebesar US$ 2,25 juta dari T&B Media Global dan menandatangani kesepakatan dengan Ingenious Media (Wind River) and Productivity Media (The Little Hours).
“Warner Bros bersemangat untuk menggunakan sistem mutakhir Cinelytic. Di industri ini, kami membuat keputusan yang sulit setiap hari yang memengaruhi (apa dan bagaimana) produksi kami [...] dan semakin akurat data kami, maka semakin baik kami dapat melibatkan penonton kami,” kata Wakil Presiden Senior Warner Bros, Tonis Kiis.
Warner Bros berharap perangkat lunak AI dapat menghemat waktu sambil membuat perkiraan keuangan yang lebih masuk akal, sehingga mencegah kesalahan film box office yang mahal.
Seperti pengalaman tahun lalu, Warners mengambil keputusan yang salah dalam film The Kitchen, Shaft dan Godzilla: King of the Monsters.
Namun, platform AI tidak serta merta memprediksi film mana yang bakal menghasilan pendapatan global senilai US$ 1 miliar, seperti film Joker. AI bertugas untuk mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan para eksekutif dalam tugas-tugas rendah dan berulang. AI akan dipakai untuk mengukur keputusan pemasaran dan distribusi, termasuk tanggal rilis film.
Menurut Tobias Queisser, kecerdasan buatan tidak dapat mengambil keputusan kreatif, tapi hanya dapat menghitung angka atau data. Untuk pengambilan keputusan yang kreatif, Tobias menilai masih memerlukan pengalaman dan insting, tentu saja bersumber dari otak manusia bukan AI.
Sistem kerja AI dalam bidang perfilman tak berbeda jauh dengan bidang lain. AI bertugas seperti mengumpulkan dan menyaring data dalam jumlah besar, tulis Mind Matters, Minggu (11 Januari).
Selanjutnya, AI menemukan pola yang dapat digunakan untuk membuat prediksi. AI unggul dalam pengenalan pola karena itulah satu-satunya tujuan.[]
Redaktur: Andi Nugroho