Lima Ancaman Siber Teratas di 2019 Menurut Trend Micro

Ilustrasi

Cyberthreat.id - Tahun 2019 menjadi era baru bagi kejahatan siber yang mempengaruhi semua pengguna teknologi digital sehari-hari. Trend Micro memblokir lebih dari 26,8 miliar ancaman di paruh pertama 2019.

Kabar buruknya, masih banyak penjahat di luar sana yang menunggu untuk mencuri data pribadi Anda guna melakukan penipuan identitas, mengakses rekening bank Anda, menahan komputer Anda untuk tebusan, atau memeras korban dengan cara lain.

Untuk membantu para pengguna tetap aman di tahun-tahun yang akan datang, Trend Micro merangkum beberapa ancaman terbesar sepanjang tahun 2019 dan beberapa tren yang harus diperhatikan saat memasuki dekade baru.

Serangan paling berbahaya di masa yang akan datang bakal sangat mirip dengan yang terjadi pada 2019. Saat dunia memasuki tahun 2020, aturan yang sama tetap berlaku: "tetap waspada, tetap skeptis, dan tetap aman dengan tetap terlindungi".

Lima ancaman teratas yang ditemui konsumen sepanjang tahun 2019:

1. Ancaman terjadap jaringan rumah (Home Network Threat):

Rumah-rumah semakin didukung oleh teknologi online. Lebih dari dua pertiga (69%) rumah tangga AS sekarang memiliki setidaknya satu perangkat smart home: mulai dari speaker pintar bertenaga asisten suara hingga sistem keamanan rumah dan monitor bayi yang terhubung.

Tetapi celah dalam perlindungan bisa membuat perangkat itu terungkap oleh peretas. Sebagai pintu gerbang ke jaringan rumah kami, router sangat berisiko. Kekhawatiran bahwa 83% rentan terhadap serangan. Diperkirakan ada 105 juta serangan smart home di paruh pertama 2019 saja.

2. Ancaman Endpoint

Ini adalah serangan yang ditujukan langsung kepada pengguna, biasanya melalui saluran email. Trend Micro mendeteksi dan memblokir lebih dari 26 miliar ancaman email seperti ini pada paruh pertama 2019, hampir 91% dari jumlah total ancaman cyber. Termasuk Phishing yang dirancang untuk menipu korban agar mengklik tautan jahat untuk mencuri data pribadi dan masuk atau memulai unduhan Ransomware.

Modis lainnya dirancang untuk menipu korban agar menyerahkan detail pribadi, dengan membawa korban ke situs yang tampak sah, tetapi palsu. Ancaman endpoint terkadang mencakup pesan Phishing di media sosial atau bahkan website yang sah yang tapi terjebak oleh Malware.

3. Ancaman keamanan terhadap ponsel:

Para hacker juga menargetkan smartphone dan tablet lazim digunakan orang sebagai kebutuhan. Malware sering kali tanpa disadari diunduh oleh pengguna, karena disembunyikan di aplikasi Android yang tampak normal, seperti adware Agent Smith yang menginfeksi lebih dari 25 juta handset secara global di tahun 2019.

Para korban juga terekspos terhadap serangan media sosial dan mereka yang memanfaatkan Wi-Fi publik tanpa jaminan saat menggunakan perangkat. Sekali lagi, tujuan akhir para peretas adalah menghasilkan uang: baik dengan mencuri data pribadi dan masuk; membanjiri layar Anda dengan iklan; mengunduh Ransomware; atau memaksa perangkat Anda untuk menghubungi nomor telepon premium dengan tarif mahal yang mereka miliki.

4. Akun-akun online terus diserang:

Semakin banyak peretas yang mengejar dan masuk ke akun-akun: kunci virtual yang membuka kunci untuk masuk ke kehidupan digital. Dari Netflix ke Uber, webmail ke perbankan online, akses ke akun ini dapat dijual di Dark Web atau mereka dapat digerebek untuk data identitas pribadi.

Serangan Phishing individu adalah salah satu cara untuk mendapatkan login ini. Tetapi metode yang semakin populer pada tahun 2019 adalah dengan menggunakan alat otomatis yang mencoba puluhan ribu login yang sebelumnya dilanggar untuk melihat apakah ada yang berfungsi pada akun Anda.

Dari November 2017 hingga akhir Maret 2019, lebih dari 55 miliar serangan semacam ini terdeteksi.

5. Pelanggaran ada di mana-mana:

Bahan baku yang diperlukan untuk membuka kunci akun online Anda dan membantu scammers melakukan penipuan identitas disimpan oleh organisasi/perusahaan yang berinteraksi dengan Anda secara online.

Sayangnya, perusahaan-perusahaan ini terus berhasil ditargetkan oleh pencuri data pada tahun 2019. Hingga November 2019, ada lebih dari 1.200 pelanggaran yang tercatat di AS, memperlihatkan lebih dari 163 juta catatan pelanggan.

Lebih buruk lagi, peretas sekarang mencuri data kartu langsung dari website yang Anda gunakan saat masuk, melalui malware "digital skimming".