PERLINDUNGAN DATA PRIBADI

90 Persen Data Yang Paling Diminati Adalah Transaksi

Ketua Umum FTII Sylvia Sumarlin saat wawancara dengan tim Cyberthreat di Jakarta | Foto: Rahmat Herlambang

Jakarta, Cyberthreat.id - Ketua Umum Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) Sylvia Sumarlin mengatakan data pribadi yang kerap disebut sebagai data strategis hanya mendapatkan tempat 10 persen untuk kepentingan ekonomi.

Sementara sisanya 90 persen termasuk dalam kategori 'bukan' data strategis. Namun, justru data seperti itulah paling diminati oleh perusahaan raksasa yang bertindak sebagai data processor maupun data controller.

"Karena yang paling diminati itu sebenarnya adalah data bertransaksi," kata Sylvia kepada Cyberthreat.id di Jakarta, Senin (13/05/2019).

Data transaksi kerap dimanfaatkan perusahaan besar seperti Google, Youtube, Facebook untuk penempatan iklan. Dari tindakan tersebut satu perusahaan raksasa bisa meraup keuntungan mencapai 150 juta USD per tahun.


Baca: Pemerintah Belum Optimalkan Regulasi Keamanan Data

Baca: Data Biro Jodoh Jangan Dipertukarkan


Kegunaan data bertransaksi beragam, salah satunya melakukan profiling ke individual, targeted maupun random. Misalnya diarahkan ke kepentingan komersial seperti iklan yang menerpa puluhan juta orang dalam waktu yang singkat.

Profiling adalah penggunaan karakteristik personal atau pola tingkah laku sebagai daya ukur untuk menggeneralisasikan seseorang. Dalam perkembangan dunia digital, profiling membaca minat jutaan orang dan merupakan ilmu sangat ilmiah, menggunakan data statistik dan logika.

"Misalnya saya beli USB, produk ini disukai remaja usia berapa, mereknya apa dan seterusnya. Nah, orang luar negeri gak tertarik sama sekali dengan nomor KTP, akta lahir, tapi mereka tertarik kebiasaan menambang datanya itu," ujar Sylvia.

Mantan Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2006-2009 itu mencontohkan Film Avengers Endgame yang kini diminati remaja. Menurut dia, data bertransaksi bisa dengan persis menargetkan iklan kepada penggemar sebuah film yang sedang booming.


Baca: Avengers Endgame Jadi Umpan Phising Scammers


Indonesia, kata dia, merupakan pengguna terbesar platform seperti Google, Facebook, YouTube dan Twitter. Ratusan juta pengguna setidaknya telah diterpa berbagai iklan maupun kepentingan komersial dari aktifitas menambang data. 

"Tanpa disadari setiap tahun kita menyumbang ke luar (negeri) dari hasil iklan ini."