Konflik Kashmir Gunakan Hoaks Sebagai Senjata Perang

Ilustrasi media sosial

Cyberthreat.id - Konfilk berkelanjutan antara India dan Pakistan masih terus berlangsung dimana inti permasalahannya adalah perebutan wilayah Kashmir. Akhir tahun 2019, terjadi beberapa kali insiden baku tembak yang memakan korban jiwa di kedua belah pihak. Selain menggunakan senjata, konflik tersebut juga akan merambat ke arah perang dunia maya (cyber warfare).

Salah satu sumber (anonim) Pakistan Inter-Services Public Relation (ISPR) yang dipimpin Mayor Jenderal Asif Ghafoor, menyatakan ISPR merekrut para pemuda guna menyebarkan propaganda di media sosial untuk melawan India. Dalam satu tahun, ISPR merekrut lebih dari 1.000 pekerja magang terkait propaganda di medsos ini.

ISPR juga mengadakan kompetisi setiap bulannya untuk memberi penghargaan kepada para pemuda yang mendapat retweet paling banyak pada cuitannya di Twitter. Hadiahnya, kata sumber itu, berupa pekerjaan dan di kontrak oleh perusahaan pakistan yang salah satunya aktif di sektor layanan keamanan, Fauji Foundation.

"Para pemuda memenangkan penghargaan ketika beberapa pegiat media sosial yang berpengaruh di dunia mendukung ataupun mempertanyakan narasi palsu terhadap India, yang dikirim oleh ISPR,” kata seorang sumber anonim seperti diberitakan EconomicTimes, Jumat (3 Januari 2020).

Selain menggunakan Twitter, pasukan dunia maya/siber yang direkrut ISPR juga menggunakan platform media sosial lainnya untuk menyebarkan propaganda. Diantaranya Facebook, Instagram, dan platform populer lainnya.

"Di Twitter dan Facebook, tweet/postingan yang paling banyak diikuti dan di retweet juga mendapatkan hadiahnya. Lebih dari 100 ribu orang berpartisipasi dalam kompetisi ini.” ujar sumber anonim tersebut.

Para pemuda pembuat hoaks ini telah diberi daftar terperinci tentang pedoman media sosial dari orang-orang India yang berpengaruh dan telah diminta untuk membuat narasi hoaks tentang para pemimpin, tentara dan birokrat India.

ISPR, lanjut sumber itu, telah mengatakan kepada pasukan dunia maya itu bahwa mereka sedang berperang naratif dengan India dan mereka sama pentingnya dengan tentara.

Bahkan, sebelum konflik “Line of Control” para pemuda tersebut diperintahkan untuk membombardir media sosial dengan foto-foto palsu dari tentara India yang tewas dalam penembakan.