Operator Seluler India Keluhkan Penutupan Internet

Ilustrasi | Foto: freepik.com

New Delhi, Cyberthreat.id – Operator seluler di India menyatakan telah kehilangan pendapatan sekitar US$ 350.00 per jam akibat penutupan internet.

Penutupan internet tersebut atas perintah pemerintah setempat guna mengendalikan protes undang-undang kewarganegaraan baru.

Protes terhadap UU tersebut telah berlangsung di seluruh India selama tiga pekan terakhir. UU tersebut dianggap mendiskriminasi warga Muslim sebagai kalangan minoritas di negara tersebut. Bagi kalangan minoritas seperti Pakistan, Afghanistan, dan Bangladesh bisa menjadi warga negara Indonesia, kecuali warga Muslim.

Kebijakan tersebut kemudian dinilai oleh para pengkritik dan aktivis sebagai gerakan anti-Muslim oleh Perdana Menteri Narendra Modi.

Untuk memadamkan protes, pemerintah telah mengerahkan ribuan polisi, bahkan secara berkala memerintahkan operator untuk membatasi akses warganet terhadap media sosial, seperti Instagram dan TikTok.

Media sosial menjadi senjata pengkritik dalam menyuarakan dan menggalang dukungan di internet.

Pada Jumat (27 Desember 2019), seperti dikutip dari Reuters, internet seluler ditutup di setidaknya 18 distrik di negara bagian Uttar Pradesh utara terkena dampak.

Seorang sumber Reuters menerima pesan teks dari penyedia layanan internet yang mengumumkan bahwa layanan broadband rumah di pinggiran ibukota New Delhi tidak akan tersedia selama 24 jam hingga 28 Desember.

Orang India mengonsumsi rata-rata 9,8 gigabyte data per bulan pada ponsel cerdas mereka, yang tertinggi di dunia, menurut pembuat perangkat telekomunikasi Swedia Ericsson. Negara ini adalah pasar terbesar oleh pengguna untuk perusahaan media sosial Facebook dan WhatsApp.

Penutupan internet tidak boleh menjadi tindakan pertama, kata yang menghitung operator seluler Bharti Airtel (BRTI.NS), Ide Vodafone (VODA.NS) dan Reliance Industries '(RELI.NS) Jio Infocomm sebagai anggotanya.

Direktur Jenderal Asosiasi Operator Seluler India (COAI) Rajan Mathews sangat menyayangkan penutupan internet tersebut karena sangat mempengaruhi pendapatan bisnis operator seluler.

“Menurut perhitungan kami pada akhir 2019, dengan peningkatan aktivitas online, kami yakin biaya (penutupan internet) mendekati US$ 350.00 per jam akibat penutupan internet,” kata dia.

Layanan internet di Kashmir India ditangguhkan selama lebih dari 140 hari sejak New Delhi menurunkan statusnya menjadi wilayah administrasi federal dari sebuah negara, “menjadikannya penghentian terpanjang dalam demokrasi,” menurut kelompok hak digital Access Now.

Redaktur: Andi Nugroho