Diserang Ransomware, Ratusan Karyawan di Arkansas Dipecat
Cyberthreat.id - Perusahaan Telemarketing, The Heritage Company, yang berbasis di Sherwood, Arkansas, Amerika Serikat (AS) membebastugaskan sekitar 300 karyawan akibat serangan Ransomware.
Media massa setempat menyebut langkah perusahaan sebagai pemecatan. Penyebab utama diambilnya kebijakan tersebut adalah sistem yang masih rusak dan operasional perusahaan tidak bisa berjalan, sementara karyawan harus terus digaji.
CEO The Heritage Company, Sandra Franecke, mengirimkan sebuah surat yang cukup menyentuh kepada para karyawan. Ia mengatakan serangan siber dua bulan lalu telah menghancurkan perusahaan karena Ransomware menyerang sistem dan file yang meminta uang tebusan.
Jika ingin mendapatkan kunci sistem yang diserang, perusahaan harus membayar. Meskipun sebenarnya perusahaan telah membayar, tetapi untuk memulihkan sistem dan jaringan 100 persen adalah pekerjaan berat, sementara operasional perusahaan tetap berjalan setiap hari.
Laporan keuangan serta file-file penting perusahaan semua dirusak.
"Saya tahu bahwa Anda semua marah, bingung, dan terluka oleh peristiwa baru-baru ini yang menimpa kita. Ketahuilah bahwa saya sama hancurnya dengan Anda, keputusan ini diambil terpaksa di waktu kritis," tulis Franecke dalam keterangan resmi perusahaan, Rabu (24 Desember 2019).
Pembebasan tugas karyawan dilakukan sebelum dimulainya liburan Natal dan Tahun Baru 2019. Di dalam surat tersebut Franecke sekaligus membantah sejumlah isu yang tidak benar atau memutarbalikkan fakta di media sosial. Akibatnya, kondisi perusahaan semakin memburuk.
"Sekaranglah saatnya untuk jujur dan terbuka tentang apa yang benar-benar terjadi sehingga Anda semua mengetahui kebenaran, langsung dari saya, terutama karena beberapa dari Anda memiliki informasi yang salah dan kebohongan di media sosial semakin merusak kami."
"Sekitar dua bulan yang lalu server Heritage diserang oleh perangkat lunak berbahaya yang pada dasarnya 'menyandera kami untuk tebusan' dan kami dipaksa untuk membayar para penjahat untuk mendapatkan 'kunci' hanya untuk membuat sistem kembali dan berjalan."
"Sejak saat itu tim IT telah melakukan segalanya untuk mengembalikan semua sistem kepada keadaan normal, tetapi mereka memiliki jalan yang cukup panjang. Saya juga telah melakukan yang terbaik untuk menjaga keadaan tetap terbuka. Bahkan untuk membayar gaji Anda dari uang saya sendiri agar perusahaan terus berjalan sampai kami dapat menutup kembali kerugian akibat serangan siber ini."
Nominal kerugian tidak disebutkan, tetapi dalam keterangan sebelumnya Franecke pernah mengatakan kerugian mencapai ratusan ribu USD. Pada 2 Januari 2020 nanti The Heritage Company akan mengeluarkan pengumuman lebih lanjut mengenai serangan dan menjelaskan kondisi perusahaan terkini.