Sejumlah Insiden Hacktivism di Indonesia Antara 2017-2019

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Jakarta, Cyberthreat.id – Tahun 2019 sebentar lagi berakhir. Di dunia peretasan, setidaknya ada beberapa insiden yang bisa dicatat, terutama dalam peretasan situs web yang cukup menjadi perhatian publik.

Beberapa situs web pemerintah menjadi korban dari para peretas (hacker) jahil sebagai bentuk protes atas kebijakan pemerintah atau korporasi.

Aktivitas penyusupan ke sistem informasi yang terjadi itu dan berisi pesan protes seringkali disebut dengan hacktivism. Menurut Ketua Indonesia Cyber Security Foru, Ardi Sutedja K, istilah hacktivism bisa diartikan sebagai perpaduan antara “hacker dan “aktivis”.

“Ini sebuah gerakan mengekspresikan kekecewaan, pesan moral, pesan politik dari seseorang atau kelompok melalui teknik meretas sistem komputer. Jika dulu kegiatan aktivis dilakukan secara offline, saat ini melalui internet maka berpindah ke ranah online semua,” kata Ardi kepada Cyberthreat.id di Jakarta, Selasa (24 Desember 2019).

Hacktivist—sebutan bagi orang yang melakukan hacktivism—biasanya melakukan aksinya berdasarkan tujuan atau orientasi politik, sebagai sarana propaganda dan sarana merebut simpati publik.

Namun, uniknya, beberapa hacktivism yang terjadi di Indonesia dilakukan sebagai bentuk protes tanpa ada muatan politik tertentu.

Berikut beberapa kejadian hacktivism yang pernah terjadi di Indonesia—tiga insiden kami ambil kembali pada 2017-2018, selebihnya adalah insiden pada tahun ini:

Situs web Telkomsel

Pada April 2017, situs web Telkomsel mengalami deface. Dalam laman tersebut, sang peretas mengeluhkan harga paket data Telkomsel yang dianggap terlalu mahal. Nama tampilan yang tadinya Telkomsel pun diubah menjadi “Telkomnyet”.

Dear Telkomsel, Lu jadi operator kagak usah mahal-mahal. Pegimane bangsa endonesia mau maju kalo internet aja mahal. Makan aja susah, apalagi beli kuota internet. Murahin harga kuota internet, nyet! Kagak usah pake dibagi-bagi 2G/3G/4G. gue kaga butuh HOOQ,VOI, iming-iming kuota music ame video lu. Gue Cuma butuh KUOTA INTERNET. TITIK!” tulis sang hacker pada laman diubah.

Ketika insiden siber itu terjadi, sebagian warganet ada yang mengucapkan terima kasih pada sang hacker anonim itu dan mendukung pesan protes yang disampaikan.

Situs web baru bisa dipulihkan beberapa hari kemudian. Telkomsel meminta maaf kepada seluruh penggunanya terkait kejadian ini.

Situs web Indosat Ooredoo

Dua hari setelah situs web Telkomsel diretas, pada 29 April 2017, giliran situs web resmi Indosat jadi korban. Berbeda dengan Telkomsel yang menyerang situs utama, hacker kali ini menyerang situs web sub-domain saja.

Hal ini terjadi karena sebelumnya Indosat Ooredoo menyindir Telkomsel lewat Twitter soal peretasan yang menimpa mereka. Hal tersebut tergambar dari pesan yang diberikan peretas saat men-deface sub-domain: arena.indosatooredoo.com.

“Ngerasain kan gimana kena hack? TETAP GANTENG AJA MIN, RA USAH SALING SINDIR. SESAMA PROVIDER SALING SUPPORT ae, tanpa KALIAN kita bisa APA? Tanpa internet, langsung merana. Kasian jomlo yang kesepian ya kan? Hayo hayo ngaku,” tulis peretas.

Berkaitan dengan peretasan tersebut, Indosat mengungkapkan jika pihaknya akan terus meningkatkan keamanannya supaya hal serupa tidak terjadi kembali.

Situs web Bawaslu

Pada 2018, remaja berusia 18 tahun bernama Dendy Syaiman atau yang lebih dikenal dengan nama Mr. Cakil  melakukan deface pada sub-domain milik bawaslu inforapat.bawaslu.go.id.

“Zaman dulu korupsi adalah hal yang memalukan. Sekarang menjadi kesempatan yang dicita-citakan” tulis dia di laman yang di-deface. Akibat perbuatannya, Mr. Cakil dikenai hukuman selama 2 tahun satu bulan dan saat ini dirinya sudah bebas.

Situs web Bawaslu Boyolali

Pada September 2019, situs web Bawaslu Boyolali dengan alamat boyolali.bawaslu.go.id menjadi korban tindakan hacktivism yang merasa kecewa dengan RUU KHUP.

Laman resmi milik Bawaslu Boyolali tersebut tampilannya berubah dengan warna dominan hitam dengan tulisan, “Hacked By Mr.J0N3$$”. Tak hanya itu, juga terdapat gambar nisan dengan tulisan “RIP”

Bagaimana Indonesia mau maju pak, ayam masuk ke ladang aja di denda, mau kenthu saja tida bisa, ingat pak, tanpa suara rakyat pangkatmu iso minggat,” tulis sang peretas.

Situs web Kemendagri

Pada 22 September 2019, sub-domain milik Kemendagri mengalami deface dan menampilkan pesan yang menunjukkan kesedihannya akan kondisi KPK.

“KAU ITU PEMIMPIN , YANG GAJI KAU ITU KAMI, SEHARUSNYA KAU MENURUTI APA KEINGINAN KAMI, BUKAN KEINGINAN MEREKA YANG BERDASI !!! SUARA RAKYAT KAU BATASI, SEMUA KAU ANGGAP MAKAR DAN DISKRIMINALISASI, KAU HANYALAH BONEKA YANG DIIKAT TALI, TAK LEBIH DARI SEBUAH KOMEDI!!!!” tulis peretas dengan nickname “security007”..

Empat hari setelah kejadian, pelaku ditangkap. Pemuda 21 tahun asal Pasuruan, Jawa Timur itu mengaku telah men-deface  sekitar 600 web dari dalam maupun luar negeri.  Saat ini pelaku berinisial ABS ditahan kepolisian. Dari hasil penyelidikan ia mengaku alasan meretas untuk menguji kemampuan TI-nya.

Situs web KPAI

Situs web Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) diretas dengan menampilkan pesan politik terkait dengan RUU KUHP.

"Hacked by Rakyat Indonesia. Hai Bapak/Ibu! Maaf merusak halaman Ball dan Ibu, saya pikir dengan meretas KPAI. KPAI bisa mendengarkan keluh kesah bocah di bawah umur seperti saya. Jujur saja saya tidak tertarik membahas politik seperti ini. Hanya saja ada satu hal yang membuat hati saya terpukul dari PENGEMIS DIDENDA 1 JUTA, MAHASISWA DIPUKUL HINGGA BERDARAH, DAN LEBIH SADISNYA ADA ORANG SAKIT DIPUKULI OLEH OKNUM KEPOLISIAN. KPK DIPADAMKAN, MAHASISWA DISIRAM, SEDANGKAN YANG LEBIH MEMBUTUHKAN ITU HUTAN. KENTUT DIBUI, KORUPTOR DICUTI. Thanks," demikian pesan si peretas.

Setelah pemulihan web, KPAI mengatakan, tidak akan memperpanjang kasus deface secara hukum

Situs web Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Situs web Pengadilan Negeri Jakarta Pusat diretas pada 19 Desember 2019. Peretas melakukan deface pada alamat: https://www.sipp-pn-jakartapusat.go.id. Pada halaman web tersebut, tampak bahwa peretas mengubah tampilan situs web dengan halaman berlatar hitam, dan menampilkan gambar anak muda berbaju putih dan bercelana panjang abu-abu muda serta membawa bendera merah putih.

Di bagian atas gambar terdapat tulisan “Respect for S.T.M”. Gambar yang telah diubah dengan gaya sektsa tersebut menampilkan foto anak STM yang sempat viral pada saat demo di September lalu. Sosok dalam foto tersebut adalah Lutfi Alfiandi yang saat ini tengah menjalani persidangan terkait dengan demonstrasi yang berujung ricuh.

Tertangkap berorasi dihukum penjara, korupsi berjuta masih berkuasa,” tulis sang peretas.

Redaktur: Andi Nugroho