Riset: Kerugian Ekonomi dari Hoaks US$ 78 Miliar Per Tahun
Cyberthreat.id – Riset ekonomi baru-baru ini menunjukkan bahwa serangan berita palsu alias hoaks bisa merugikan ekonomi secara global sebesar US$ 78 miliar per tahun.
Riset yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber asal Israel, CHEQ, bersama dengan Universitas Baltimore itu merinci seberapa dampak hoaks bagi keuangan. Seperti dikutip dari ZDNet, Rabu (18 Desember 2019), riset itu menganalisis dari data wawancara ahli dan data pendukung lain.
Dalam laporan bertajuk “The Economic Cost of Bad Actors on the Internet” (PDF) itu, peneliti mendefinisikan hoaks atau berita palsu sebagai: "penciptaan yang disengaja dan berbagi informasi yang palsu atau dimanipulasi yang dimaksudkan untuk menipu dan menyesatkan khalayak baik untuk membahayakan maupun demi keuntungan politik, pribadi, atau finansial."
Riset itu juga menunjukkan, berita palsu telah berkontribusi kerugian nilai pasar saham sebesar US$ 39 miliar per tahun. Tak hanya kerugian dari pasar saham, hoaks juga memberi dampak kerugian pada sektor utama, seperti perawatan kesehatan, politik, perdagangan elektronik (e-commerce), media massa, dan finansial.
Biaya kerugian yang dianalisis dari peneliti sangat bervariasi, misal, kerugian di sektor kesehatan sekitar US$ 9 miliar per tahun, di sektor finansial US$ 17 miliar, sektor manajemen reputasi US$ 9 miliar, dan sektor platform keselamatan platform US$ 3 miliar.
"Selama pasar iklan memberi insentif pada produksi dan berita palsu dan sifat manusia untuk reaktif terhadap berita, maka ekonomi global akan terus berada pada risiko bahaya yang parah," peneliti dalam laporan tersebut.
Estimasi kerugian ekonomi dari dampak penyebaran berita palsu atau hoaks.
Biaya hoaks
Menurut penelitian tersebut, setidaknya US$ 400 juta per tahun dihabiskan untuk berita palsu dalam kampanye politik. Sebuah studi yang dipimpin Princeton tentang konsumsi berita palsu selama kampanye AS 2016 menemukan bahwa artikel palsu merupakan 2,6 persen dari semua artikel berita keras (straightnews) di akhir kampanye 2016.
Di belahan dunia lain, kisahnya hampir serupa. Pengeluaran untuk berita palsu online dalam pemilihan umum tujuh fase di India pada 2019 menghabiskan uang US$ 140 juta. Di Brasil, peneliti memperkirakan alokasi dana berita palsu sebesar US$ 34 juta selama pemilu 2018.
Pemilu di Kenya menghabiskan US$ 20 juta untuk berita palsu bermotif politik dan Afrika Selatan US$ 2,7 juta.
Gambaran dampak dan biaya yang dikeluarkan untuk berita palsu bisa secara signifikan lebih tinggi ketika biaya ekonomi tidak langsung dimasukkan.
Biaya ekonomi tidak langsung seperti itu termasuk hilangnya kepercayaan pada lembaga-lembaga besar, turunnya inovasi, kerusakan reputasi, hilangnya ekuitas merek, dan tekanan pada lembaga-lembaga elite seperti tentara dan polisi.
Jika semua potensi dan sektor diukur, peneliti memperkirakan kerugian dari berita palsu mendekati US$ 100 miliar per tahun.
World Economic Forum memberi peringkat penyebaran informasi yang salah dan berita palsu sebagai salah satu risiko global teratas dunia.
Sumber: CHEQ
Penyebaran berita palsu memengaruhi kemampuan suatu individu atau institusi untuk membuat keputusan yang masuk akal dan berdasarkan informasi.
Dan, ancaman hoaks juga pasar ideal untuk menyebarkan hoaks secara cepat adalah jejaring sosial. Di sinilah, perlunya platform pengecekan fakta untuk mengerem laju berita hoaks.
Upaya nyata harus dilakukan untuk memastikan transparansi yang lebih besar dan membangun kembali kepercayaan yang dulu dimiliki oleh lembaga atau situs web yang ada.