New Orleans, Kota Ketiga di AS yang Dihantam Ransomware

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Cyberthreat.id – Salah satu kota besar di Amerika Serikat, New Orleans, menjadi kota ketiga yang mendapatkan serangan ransomware. Sebelumnya dua kota besar: Atlanta (ransomware SamSam pada 2018) dan Baltimore (ransomware RobonHood pada 2019) juga dihantam ransomware.

Ransomware adalah malware yang menyerang sistem jaringan dan perangkat, lalu mengenkripsinya sehingga korban tak bisa mengakses. Penyerang biasanya meminta uang tebusan kepada korban dalam bentuk Bitcoin sebagai barter terhadap kunci enkripsi.

Dikutip dari ZDNet, Jumat (13 Desember 2019), serangan terhadap New Orleans terjadi pada sistem komputer pemkot pada pukul 11 siang waktu setempat pada Jumat lalu.

Juru bicara Pemkot New Orleans, Beau Tidwell, mengatakan, setelah terjadi serangan itu semua karyawan segera diperingatkan untuk mematikan komputer, mencabut perangkat, dan melepaskan koneksi dari wi-fi kota. Tak hanya itu, situs web nola.gov juga offline.

ZDNet yang mengutip media lokal New Orleans, karyawan mematikan komputer sesegera mungkin ketika para pejabat menggunakan sistem pengeras suara publik yang ada di balai kota untuk memperingatkan karyawan tentang serangan siber yang terjadi siang itu.

Selain balai kota, insiden siber tersebut juga memengaruhi Departemen Kepolisian New Orleans. Kepolisian setempat juga segera mematikan jaringan TI-nya untuk menghindari infeksi dari ransomware tersebut.

Meski demikian, serangan siber tersebut tidak mempengaruhi tugas polisi di lapangan. Serangan siber tersebut tidak mempengaruhui penggunaan radio dan layanan komunikasi cadangan lain meski mereka tidak memiliki akses ke data historis yang disimpan di server departemen.

Nomor panggilan layanan darurat 911 juga tidak terpengaruh dengan serangan siber tersebut.

Wali Kota New Orleans, LaToya Cantrell mengatakan, penyelidikan terkait dengan serangan tersebut masih berlangsung. Wali kota juga mengetahui soal uang tebusan, tetapi mereka belum menerima atau menemukan permintaan uang tebusan.

Polisi Negara Bagian Louisiana, FBI New Orleans, Garda Nasional Louisiana, dan Dinas Rahasia membantu kota menyelidiki dan pulih dari serangan itu. Insiden ini menandai insiden ransomware ketiga yang dilaporkan di negara bagian Louisiana.

Pada Agustus lalu, tiga distrik sekolah dilanda ransomware sehingga mendorong gubernur Louisiana untuk mengumumkan keadaan darurat, ini untuk kali pertama dalam sejarah negara bagian keputusan keadaan darurat yang disebabkan oleh serangan dunia maya.

Insiden kedua terjadi November lalu, ketika serangan ransomware mengenkripsi data pada jaringan TI pemerintah negara bagian Louisiana. Beberapa minggu setelah serangan itu, beberapa lembaga negara masih mengalami kesulitan dalam mengakses data negara dan diharapkan akan diselesaikan pada akhir tahun.

Redaktur: Andi Nugroho