Teknologi AI Akan Berdampak pada Sektor Tenaga Kerja

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Cyberthreat.id – Teknologi kecerdasan buatan (AI) diperkirakan berdampak drastis pada pasar tenaga kerja Australia, terutama di sektor pertanian, layanan keuangan, perawatan kesehatan, dan banyak lagi.

Demikian menurut analisis terbaru Frost & Sullivan yang dirilis awal November lalu. Direktur penelitian Frost & Sullivan Vijay R Rao mengatakan, bahwa perusahaan memperkirakan lebih dari 40 persen "tugas rutin dan keterampilan rendah" akan diotomatisasi pada 2025-2030.

Namun, otomatisasi tersebut akan mengarah pada bakat kreatif dan keterampilan sebu akan lebih diminati. "Pada akhirnya, implementasi AI diatur untuk melengkapi pekerjaan manusia, bukan menghilangkannya,” kata Rao seperti dikutip dari TechRepublic.

“Pada tahun 2036, ada kemungkinan bahwa pekerjaan fisik dan pekerjaan rutin masing-masing hanya terdiri dari 22 persen dan 17 persen, sedangkan mayoritas di 61 persen akan menjadi pekerjaan berbasis pengetahuan , "Kata Rao.

Pasar AI itu sendiri juga akan tumbuh dari Rp 288,18 juta pada 2016 menjadi Rp 1,9 triliun pada 2025. Ada empat bidang peluang pertumbuhan bagi AI, yaitu peningkatan implementasi AI, investasi AI, pengembangan teknologi utama, dan dampak positif pada penciptaan lapangan kerja.

Terpisah, Menteri Layanan Pelanggan New South Wales (NSW) Victor Dominello mengatakan, akan menerapkan strategi kecerdasan buatan (AI) pada Maret 2020. Meski mengadopsi penggunaan AI, kata dia, pelayanan pemerintah akan berjalan secara transparansi.

"Untuk AI, saya pikir kata kuncinya adalah transparansi. AI membutuhkan banyak transparansi...," ujar dia seperti dikutip dari ZDNet, Senin (9 Desember 2019).