BSSN: Waspada Gelombang Fraud Masuk Indonesia
Cyberthreat.id - Direktur Proteksi Keamanan Digital Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Anton Setiyawan mengatakan, BSSN mulai melihat trend ke depan terkait dengan ancaman dan serangan siber di Indonesia. Kebanyakan serangan siber yang masuk ke Indonesia tidak menyerang sistem, tetapi berupa serangan fraud atau penipuan dalam jumlah besar.
"Justru banyak seperti phising, skimming dan lain-lain. Oleh karena itu, didalam diskusi kita selalu mendorong literasi digital khususnya pebisnis," kata Anton kepada Cyberthreat.id di Jakarta, Rabu (4 Desember 2019).
Menurut Anton, pebisnis disektor ekonomi digital harus mengedukasi atau memberikan literasi penggunanya terkait dengan keamanan siber. Tujuannya agar tidak terkena/terhindar dari fraud atau penipuan yang bisa berawal dari kebocoran data.
BSSN selaku organisasi pemerintah turut bekerja sama dengan pebisnis sektor digital agar masyarakat Indonesia teredukasi, khususnya di bidang Kamsiber (Keamanan dan Ketahanan Siber).
"Kita edukasi mereka secara mandiri dan itu yang kita (BSSN) lakukan sekarang. Karena yang paling banyak (ancaman siber) itu sekarang skimming, phising, pengambil alihan akun OTP penggunanya," ujar Anton.
Program Paman Kami
BSSN memiliki program 'Paman Kami' yang kepanjangannya adalah Pedoman Manajemen Keamanan Informasi. Anton mengatakan, Paman Kami adalah bentuk edukasi yang digiatkan BSSN kepada para pelaku usaha di Indonesia.
"Itu (Paman Kami) dibuat sesederhana mungkin dan disesuaikan dengan teman-teman di UKM. Sehingga, mereka dapat menerapkan hal tersebut dan disesuaikan menurut kemampuan mereka."
Ia mencontohkan, jika sebuah perusahaan tidak memiliki server, maka si pelaku usaha itu tidak perlu mengamankan si server tersebut. Ada negara yang akan mengamankan.
Anton mengingatkan, jika masyarakat bisa memanfaatkan ruang siber dengan baik, maka perekonomian digital di Indonesia dapat meningkat. Indonesia sudah terbukti memiliki potensi yang luar biasa pada ekonomi digital yang dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kemakmuran rakyat.
"Kita punya UKM yang kuat dan menyokong hampir 65 persen ekonomi Indonesia. Nah, ini peluangnya, kita angkat UKM yang sebelumnya berbisnis secara manual sekarang kita dorong berbisnis melalui digital," ujar Anton.
Ruang siber dengan konektivitas tinggi membuat jangkauan bisnis UMKM lebih luas, transaksi dilakukan tanpa batas ruang dan waktu, terjadi inklusi ekonomi, pelayanan dan pemasaran juga dapat dilakukan lebih cepat dan lebih baik.
"Jika didorong, (ekonomi digital) di Indonesia bisa mencapai 100 hingga 200 miliar dolar Amerika. Itu prediksi hasil riset Temasek-Google terkait ekonomi digital di Indonesia."