Waka BSSN: Era Keterbukaan, Membangun Negeri Tanpa Korupsi
Cyberthreat.id - Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Komjen Pol. Drs. Dharma Pongrekun, S.H., M.M., M.H. mengatakan era keterbukaan di zaman digitalisasi dan peradaban IT bisa digunakan untuk melawan korupsi. Menurut dia, era keterbukaan di Indonesia terjadi bersamaan dengan datangnya arus globalisasi sejak dipertemukannya teknologi informasi dan komunikasi melalui internet.
"Sejak itulah mulai dirasakan berbagai guncangan di Tanah Air hingga sekarang ini, yaitu dengan munculnya berbagai krisis dan konflik yang datang silih berganti baik di bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan sebagainya," kata Dharma saat menjadi pembicara Workshop Pimpinan dan Anggota DPRD Provinsi Banten bertema 'Membangun Negeri Tanpa Korupsi" di Kabupaten Bogor, Senin (2 Desember 2019).
Era keterbukaan bukanlah suatu fenomena kehidupan yang terjadi dengan sendirinya akibat kemajuan zaman atau modernisasi, melainkan sesuatu yang direncanakan oleh sebuah kekuatan terselubung yang ingin membangun suatu tatanan baru dunia bernama sistem global.
Globalisasi, kata dia, memiliki sistem yang terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) yang dilakukan oleh berbagai aktor, baik non state actor dan sebagainya. Melalui program money, power, dan population control, globalisasi mencoba untuk melakukan mindset manipulation yang pada akhirnya mengubah perilaku manusia.
Globalisasi di Indonesia saat ini berfokus pada generasi muda sebagai generasi penerus bangsa. Tujuannya agar nilai Pancasila pada generasi muda semakin tergerus.
"Perubahan perilaku yang bisa kita lihat mulai dari egoisme, individualisme, anti-sosial, hedonisme, hingga perilaku hidup yang mencerminkan ketiadaan nilai-nilai luhur akibat manusia yang mulai menjauh dari jati dirinya," ujarnya.
Globalisasi dan Hedonisme
Komjen Dharma juga mengingatkan tentang sikap hedonisme sebagai salah satu pengaruh era keterbukaan dan globalisasi. Sebagai Wakil Kepala BSSN, Dharma menjelaskan bahwa Hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama hidup.
Sebuah kebiasaan yang realitanya menghancurkan tatanan masyarakat yang ada. Korupsi, kata dia, telah menjadi wabah yang kian hari menjangkit bangsa ini, dimana euforia semua pejabat, baik pejabat kecil maupun pejabat teras, telah dirasuki oleh budaya konsumtif.
"Sifat tamak dan gaya hidup konsumtif menjadi salah satu pelecut besarnya pertumbuhan korupsi di negeri ini," ujarnya mengingatkan.
"Mungkin ini adalah mental bangsa Indonesia yang menjadi sumber dari segala masalah kronis negeri ini."
Dharma menuturkan, masuknya sistem globalisasi yang masif dan sistematis perlu diantisipasi dan ditanggulangi dengan Penguatan Ideologi dan Kembali Ke Nilai-Nilai Luhur Bangsa yaitu Jangan Melupakan Sejarah Bangsa; Kembali Kepada Fitrah Bangsa Yaitu Nusantara; Melandasi Tindakan Dengan Kecerdasan Spiritual (SQ); Memahami dan Menerapkan Nilai Pancasila.
Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemerintah dalam hal mewujudkan Indonesia yang bersih dan bebas dari korupsi dengan membangun kesadaran hukum yang berdasarkan ketuhanan yang maha esa, membangun sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kecerdasan spiritual dan merasa selalu diawasi oleh tuhan.
"Dengan ini diharapkan dapat mencegah perilaku-perilaku korupsi di negeri ini."