Kolaborasi Strategi, Solusi 9 Juta Talenta Digital Indonesia

Penutupan Huawei ICT Competition Indonesia 2019-2020 di Grha Saba UGM, Yogyakarta, Kamis (28 November 2019) | Foto: Faisal Hafis / Cyberthreat.id

Yogyakarta, Cyberthreat.id - Staf Ahli Kementerian Kominfo Bidang Kebijakan Digital, Dedy Permadi, mengatakan pemerintah hanya memiliki satu solusi dalam mengatasi kebutuhan talenta digital untuk mengisi era ekonomi internet dan era peradaban digital ke depan. Solusi itu adalah kolaborasi yang melibatkan banyak pihak.

"Kolaborasi yang melibatkan universitas, politeknik, kementerian, badan pemerintah, sektor swasta, sektor industri, dan stakeholder lainnya, dimana kita akan menghadapi banyak tantangan ke depan," ujar Dedy di acara Huawei ICT Competition Indonesia 2019-2020 di Grha Saba, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Kamis (29 November 2019).

Dedy kembali mengingatkan tahun 2030 Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital yang akan mengisi ekosistem di Tanah Air. Itu artinya Indonesia harus menghasilkan setidaknya 600 ribu talenta pertahun dalam satu dasawarsa ke depan.

Angka 600 ribu pertahun, kata dia, tidak bisa dilakukan oleh pemerintah sendirian. Itu sebabnya kolaborasi menjadi kata kunci karena angka 600 ribu talenta digital bukan saja menuntut skill teknis seperti Big Data, AI, IoT, Cloud, Machine Learning, cybersecurity, robotik.

Tetapi juga soft skill yang mensyaratkan profesionalisme dan berkualitas.

"Bahwa soft skill ini adalah talenta digital yang bisa menyelesaikan masalah rumit, berpikir kritis, memiliki kreativitas, serta mampu berkolaborasi. Jadi mereka punya karakter, dimana skill teknis dan soft skill bergandengan dan perlu di akselerasi," ujarnya.

Pemerintah, kata Dedy, sangat mengapresiasi keseriusan sektor industri terutama para raksasa teknologi yang berkolaborasi meningkatkan SDM Indonesia. Menurut dia, Pemerintah mengundang para raksasa itu untuk hadir dan mentransfer ilmu ke Indonesia.

Direktur Government Relation Huawei Indonesia, Yenty Joman, mengatakan Huawei tidak memasang target berapa jumlah talenta yang akan dihasilkan dari program SmartGen di Indonesia. Namun, dari program yang telah berjalan sejak tahun 2018, Huawei mampu menghasilkan 4 ribu sampai 5 ribu talenta dari sejumlah program yang dijalankan.

"Kami bukan kejar number tapi kualitas dulu diutamakan," kata Yenty saat konferensi pers Huawei ICT Competition Indonesia di University Gadjah Mada, Yogyakarta, Kamis (28 November 2019).

Huawei ICT Competition telah digelar dua kali sejak 2018. Program terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) ini mengadakan kerja sama dengan berbagai institusi pendidikan di Tanah Air.

Tahun lalu kompetisi di bidang networking Huawei melahirkan juara level nasional dari Tim Institut Teknologi Bandung (ITB), sementara untuk kompetisi regional  Asia Tenggara melahirkan juara dari Telkom University.

Tahun ini Tim ITB berhasil mempertahankan gelar juara Huawei ICT Competition 2019. ITB akan menjadi wakil Indonesia untuk Huawei ICT regional Asia Tenggara di Manila, Filipina tahun depan.

"Jadi memang kami tidak pasang target, tetapi gambaran dari dua tahun ini kami mungkin sudah hasilkan 4 ribu sampai 5 ribu," kata Yenty.

SmartGen berencana mengadakan roadshow agar produk Huawei dikenal secara luas di Indonesia. Menurut Yenty, SmartGen tidak hanya menargetkan universitas dan perguruan tinggi, tapi telah memulai pendidikan vokasi ke sekolah menengah kejuruan.

"Ada sekitar 4 ribu universitas di Indonesia, jika kami target saja 10 persen saja, itu sudah 400-an universitas. Apakah Indonesia mampu? Saya yakin sangat mampu kalau semua Industri dilibatkan. Di Industri telekomunikasi itu kita bicara bagaimana kita add on SDM dengan teknologi."