Perusahaan Telko Minta Regulator Beri Stimulus Untuk 5G
Jakarta,Cyberthreat.id-Kemajuan teknologi dan adopsi digital di Indonesia akan menciptakan peluang yang semakin besar dalam beberapa tahun ke depan, terutama memasuki era Revolusi Industri 4.0. Salah satu teknologi yang tak bisa dihindari adalah kedatangan 5G ke Indonesia tak lama lagi.
Oleh karena itu, operator telekomunikasi meminta regulator, supaya mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan oleh operator untuk investasi 5G. Sehingga, diharapkan harga frekuensi untuk 5G yang dilelang diharapkan tidak kemahalan.
Direktur Network Telkomsel Iskriono Windiarjanto menilai dengan semakin rendahnya biaya yang dikeluarkan operator untuk menyediakan jaringan 5G maka layanan yang diberikan ke pelanggan bisa lebih terjangkau.
“Oleh karena itu spektrum jangan mahal-mahal. Teknologi ini kan yang membuat lumayan mahal karena barang baru. Nanti kalau demand dan supply sudah berimbang, baru akan bisa kompetitif,” kata Iskriono dalam acara Indotelko Forum, di Jakarta, Rabu, (27 November 2019).
Namun, Iskriono menegaskan Telkomsel tidak akan melewatkan kesempatan untuk menjadi operator 5G pertama di Indonesia demi mempertahankan penguasaan pangsa pasar selulernya di Indonesia.
“Kalau kita bisa lebih dulu masuk, paling tidak 35-40% market share ada di tangan. Sehingga stimulus dari pemerintah untuk menekan biaya yang tinggi bisa menjadi salah satu solusi pengembangan 5G di Indonesia,” ungkap Iskriono
Sementara, Director & Chief Innovation & Regulatory Officer Indosat Ooredoo Arief Musta’in, berpandangan masuknya 5G ke Indonesia berpotensi mengubah struktur industri telekomunikasi di negara ini.
Tingginya biaya membangun jaringan infrastruktur yang dibutuhkan untuk 5G akan memunculkan investor atau pemain baru, atau mengkolaborasikan pemain-pemain lama seperti yang terjadi di negara lain yang sudah lebih dulu menerapkan 5G.
“Industri ini akan semakin dinamis dengan hadirnya pemain baru. Oleh sebab itu beberapa perusahaan di luar negeri bergabung untuk men-develop 5G ini agar infrastrukturnya bisa lebih ekonomis dengan cara sharing. Ketika spectrum mahal, investasinya mahal, maka operator akan berpikir bagaimana return of investment-nya, dan solusinya adalah sharing,” kata Arief.
Pentingnya sharing cost untuk investasi 5G juga diamini dua petinggi operator seluler lainnya.
Chief Enterprise & SME Officer XL Axiata Feby Sallyanto menyatakan, perusahaannya sudah siap untuk menyediakan layanan 5G, namun diperlukan solusi win-win dari regulator agar biaya pembangunan jaringan bisa dikolaborasikan.
“XL Axiata siap masuk ke 5G dengan menseleksi beberapa pasar yang cocok dan pas untuk penggunaan 5G ini. Kami berharap banyak pada regulator, karena semua operator ini tidak bisa pada tahap awal sudah memiliki business case yang mumpuni. Sehingga perlu dukungan pemerintah, dan win-win bagi semua pihak agar transisi 4G ke 5G bisa berjalan lancar,” ucap Feby.