Internet Internasional Iran Padam Selama Empat Hari

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Teheran, Cyberthreat.id – Tak ada orang Iran yang bisa berkomunikasi ke dunia internasional via internet.

Di negara berpenduduk 80 juta orang itu, sejak gelombang protes kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 15 November lalu, internet dipadamkan pada hari berikutnya, Sabtu malam.

Pemadaman pun masih berlangsung hingga Rabu (20 November). Di media sosial, orang Iran yang tinggal atau bepergian ke luar negeri berbagi cerita bagaimana mereka tak bisa berkomunikasi denga keluarga dan temannya di Iran.

Alp Toker, peneliti dari NetBlocks, organisasi nirlaba pemantau internet, mengatakan, lalu lintas internet di Iran sejak pemadaman langsung membuat anjlok 5 persen dari level normal.

Ia melihat pemadaman tersebut tampaknya meluas dalam skala nasional.

NetBlocks melacak konektivitas di negara-negara di seluruh dunia dengan memindai internet untuk perangkat komunikasi, seperti router, server, menara ponsel, dan menyimpan database mereka untuk bisa diketahui secara online di setiap wilayah.

Secara berkala mengirimkan pesan singkat melalui internet ke perangkat tersebut, praktik yang disebut "ping", NetBlocks dan organisasi serupa dapat melihat kapan perangkat itu offline.


Berita Terkait:


Toker mengaku sangat terkejut dengan tingkat pemadaman di Iran. “Skalanya berbeda dengan yang telah kami lihat di seluruh dunia," kata dia seperti dikutip dari BBC.

Di satu sisi, Toker mengatakan, sistem internet di Iran bukanlah satu jaringan yang mudah untuk dinyalakan atau dimatikan. Seperti di Inggris, jaringan itu dibentuk dari serangkaian jaringan milik pribadi yang terhubung bersama.

Behrang Tajdin, seorang koresponden BBC Persia, mengatakan, Iran bertahun-tahun mengembangkan jaringan "intranet" internal sehingga cabang-cabang pemerintah dan bank tertentu, misalnya, dapat tetap online di dalam negara selama pemadaman interent. Ini yang membuat Iran terputus dari dunia luar.

"Orang-orang masih dapat mengakses situs web domestik yang terhubung ke jaringan ini, yang berarti bahwa aplikasi Iran dapat bekerja, situs web dapat bekerja meskipun tidak ada akses internet [internasional]," jelas dia.

Keberadaan intranet internal ini telah menyebabkan kekhawatiran di antara mereka yang berpikir Iran dapat menggunakannya untuk membenarkan pemutusan internet yang lebih lama.

Koneksi ke dunia luar di Iran disalurkan melalui hanya dua entitas: perusahaan telekomunikasi negara dan Institut Fisika dan Matematika, yang berarti bahwa pihak berwenang lebih mudah dapat memblokir komunikasi masuk dan keluar dari negara.

NetBlocks dapat mendeteksi pemutusan perangkat internet dengan koneksi telepon tetap serta hilangnya layanan pada tiang telepon seluler – ini menunjukkan bahwa internet seluler nirkabel juga terganggu.

“Selain konsekuensi sosial, ada konsekuensi ekonomi yang serius juga. Kami memperkirakan bahwa dampak ekonomi ke Iran adalah sekitar US$ 60 juta per hari. Ini strategi yang berbahaya dan menjadi preseden yang berbahaya," tutur Toker.

Menteri telekomunikasi Iran Mohammad Javad Azari Jahromi berjanji akan menghidupkan kembali koneksi internet  "segera," lapor stasiun televisi negara Press TV, Senin kemarin.

"Internet akan kembali ke kehidupan rakyat Iran segera dan pemerintah [akan] terus mengembangkannya," kata dia seperti dikutip dari CNN.

Ia mengatakan, beberapa layanan online penting telah dialihkan ke Jaringan Informasi Nasional Iran (NIN), sebuah intranet nasional yang terpusat.

Bukan pertama kali

Ini bukan pertama kalinya Teheran menutup akses daring untuk menghentikan penyebaran informasi.

"Setelah Pilpres 2009, pemerintah Iran menyadari bahwa internet adalah kunci untuk komunikasi antara orang-orang tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri," Amir Rashidi, seorang peneliti keamanan internet dan hak digital di Center for Human Rights di Iran kepada CNN.

Center for Human Rights adalah organisasi nirlaba masyarakat sipil yang berbasis di New York.

"Ketika protes massa berlangsung di Iran pada Desember 2017 dan Januari 2018, segera mereka menutup Telegram. Dan, pada dasarnya gelombang protes itu selesai karena orang-orang tidak lagi terhubung satu sama lain dan mereka tidak dapat berkomunikasi," tutur Amir.

Namun kali ini, pemadaman internetnya tampak berbeda.

Layanan pemantauan internet perusahaan teknologi, Oracle, menggambarkannya sebagai "penghentian internet terbesar yang pernah terjadi di Iran".

Dan Doug Madory, Direktur Analisis Internet di Oracle, mengatakan, kejadian saat ini tidak dalam skala yang biasa.

Di masa lalu, kata dia, Iran akan secara sengaja memperlambat internet melalui pelambatan bandwidth, atau memblokir situs web individu seperti Facebook dan Twitter.

"Kami melihat berbagai tindakan berbeda terjadi, beberapa jaringan telah menarik rute mereka, sementara yang lain terus mengumumkan rute, tetapi memblokir lalu lintas," tulis Madory.