Netflix dkk Minta Pelanggan Setop Berbagi Password
Cyberthreat.id – Kata sandi (password) adalah barang paling penting di era digital ini. Tak hanya berkaitan pada keamanan data pribadi, kata sandi juga berkorelasi pada pendapatan bisnis.
Ha litu yang dikeluhkan Netflix soal tren berbagi kata sandi aplikasinya yang dilakukan oleh pelanggannya. Memang, tidak ada salahnya berbagi kata sandi Netflix kepada teman atau lainnya. Perusahaan juga tak pernah melarangnya.
Hanya, baru-baru ini mereka sedang menyelidiki masalah pembagian kata sandi tersebut karena alasan pendapatan perusahaan mulai terganggu.
Netflix bukan satu-satunya layanan streaming yang ingin membatasi berbagi kata sandi, hal serupa juga dilakukan oleh HBO dan industri televisi kabel lainnya.
[Mereka] sedang berupaya mengatasi berbagai kata sandi, membahas langkah-langkah baru untuk menutup celah yang dapat merugikan perusahaan miliaran dolar pada pendapatan tiap tahun,” demikian tulis Bloomberg, Jumat (8 November 2019).
Dua tahun lalu, beberapa nama besar industri teknologi dan hiburan membentuk Aliansi untuk Kreativitas dan Hiburan (Alliance for Creativity and Entertainment) yang memilik visi-misi mengurangi pembajakan online.
Bulan lalu, Aliansi mulai menyoroti praktik berbagi kata sandi. Mereka yang konsen dalam ini, termasuk Netflix, Amazon.com Inc., Walt Disney Co., Viacom Inc., HBO AT&T Inc., Comcast Corp., dan Charter.
Namun, tak semua anggota setuju dengan rencana pelarangan berbagi kata sandi. ACE Entertainment menyatakan, lebih fokus pada misi intinya: melindungi pasar hukum untuk konten kreatif dan mengurangi pembajakan.
Sementara itu, Charter, yang menjual layanan TV kabel di bawah merek Spectrum, mengatakan, telah sepakat dengan Fox dan Disney untuk mengatasi berbagi kata sandi, tetapi belum berbagi detail informasi tentang langkah-langkah apa yang akan mereka ambil.
Taktik sedang disusun
Programmer dan distributor TV kabel sedang mempertimbangkan serangkaian taktik agar pelanggan tak meminjamkan kredensial mereka.
Misalnya, pelanggan mungkin diminta untuk mengubah kata sandi mereka secara berkala, atau untuk memasukkan kode verifikasi yang diterima melalui pesan ke ponsel untuk terus menonton.
Langkah-langkah lain, mungkin, termasuk mencegah pihak ketiga masuk ke akun streaming yang sama dari perangkat yang terhubung ke TV, seperti Roku di lokasi kedua, sambil tetap memungkinkan akses ke aplikasi smartphone dan tablet. Gagasan paling radikal adalah masuk ke layanan streaming menggunakan biometrik, seperti sidik jari pemilik.
Tom Rutledge, CEO Charter Communications Inc, mengaku sangat kecewa melihat pendapatan pada Oktober lalu. “Saya merasa seperti memukuli dinding. Terlalu mudah [bagi banyak orang] untuk mendapatkan produk tanpa membayarnya,” ujar dia.
Memang, langkah pengetatan tersebut bisa berisiko karena pelanggan milenial yang seringnya berbagi kata sandi—cenderung ingin gratis—bakal menolak untuk berlangganan.
"Jika Anda bertanya ke anak muda apakah mereka akan membayar untuk Netflix atau layanan video, jawabannya jelas tidak," kata Mike McCormack, seorang analis di Guggenheim Securities.
Ini sebuah dilema bagi industri TV kabel. Jika langkah pengetatan itu tidak dilakukan, industri TV berbayar diproyeksikan merugi (kehilangan pendapatan) sebesar US$ 6,6 miliar dari pembagian kata sandi dan pembajakan pada 2019, menurut Parks Associates. Dan, pada 2024, jumlah itu diperkirakan bisa tumbuh hingga US$ 9 miliar.