BSSN: Masa Depan Adalah Teknologi Siber

Seorang peserta bertanya di sesi tanya jawab opening KLiKS Fest 2019 di One Belpark Mall, Jakarta, Sabtu (9 November 2019) | Foto: Faisal Hafis/Cyberthreat.id

Jakarta, Cyberthreat.id - Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN, Anton Setiyawan, mengingatkan pentingnya literasi dan edukasi siber di kalangan masyarakat. Masa depan, kata dia, akan berbicara teknologi siber dengan perubahan yang begitu cepat.

Jika Indonesia tidak siap secara (revolusi) budaya dalam menghadapi perkembangan teknologi siber, maka ancaman akan datang mengganggu manusia di seluruh sektor kehidupan.

"Teknologi, khususnya teknologi siber, itu bisa disalahgunakan sehingga disitulah kita melihat pentingnya literasi," kata Anton dalam diskusi yang berlangsung di sela KLiKS Festival BSSN di One Belpark Mall, Jakarta, Sabtu (9 November 2019).

Ketergantungan manusia terhadap teknologi digital di ruang siber sudah sangat tinggi dan kompleks. Manusia, ujar dia, tidak akan pernah bisa nyaman jika tidak merasa aman di dunia digital

Anton mencontohkan ketika wilayah Jabodetabek pernah dilanda padam listrik (blackdown) selama empat jam beberapa waktu lalu.

Menurut dia, peristiwa blackdown bukanlah soal masyarakat butuh aliran listrik, tetapi putusnya koneksi internet yang menyebabkan seluruh aktivitas terganggu, mulai dari kegiatan berdagang online sampai pertukaran data.

"Ketika listrik mati, itu semua hape dan komunikasi putus, jualan online enggak bisa, semua berhenti sehingga kita harus benar-benar memahami filosofi keamanan siber. Ini harus pahami prinsipnya dulu," ujarnya.

Sejauh ini Anton telah menandatangani sekitar 16 ribu sertifikat digital peserta KLiKS Festival BSSN yang diselenggarakan di berbagai kota di Tanah Air sepanjang tahun 2019.

Ia berharap jumlah sertifikat digital itu akan terus bertambah secara siginifikan. Mayoritas peserta KLiKS Fest adalah anak muda yang bakal menjadi kunci masa depan dan bonus demografi Indonesia terutama di ruang siber.

"Sekarang ekonomi digital sudah digerakkan oleh generasi muda, sehingga perlu anak-anak muda ini dibikin save/selamat agar tidak menjadi korban dari kemajuan teknologi."

Anton juga menyampaikan kesiapan Indonesia selama dua tahun ke depan masih termasuk fase literasi siber. Setelah itu, Indonesia akan masuk ke tahap yang lebih advanced, yakni fase inklusi dengan ekonomi digital yang jauh lebih masif dan cepat.