PEMILU AS 2019-2020
AS Klaim Tidak Ada Bukti Serangan Hacker ke Mesin Pemilu
Cyberthreat.id – Departemen Kehakiman Amerika Serikat menyatakan, sejauh ini belum melihat adanya bukti keberhasilan peretas asing dalam campur tangan pemilihan suara di negara bagian dan lokal.
Selasa (5 November 2019), warga seperti di Kentucky, Mississippi melakukan pemungutan suara dengan e-voting untuk gubernur baru, sedangkan warga Virginia untuk memilih anggota legislatif.
Namun, Departemen Kehakiman bersama enam badan keamanan lain mengatakan, Rusia, Cina, Iran dan musuh-musuh lainnya dari Amerika Serikat akan berusaha ikut campur dalam Pemilu AS 2020, termasuk melalui manipulasi media sosial dan serangan siber.
"Sementara saat ini kami tidak memiliki bukti kompromi atau gangguan pada infrastruktur pemilu yang akan memungkinkan lawan mencegah pemungutan suara, mengubah jumlah suara atau mengganggu kemampuan untuk menghitung suara, kami terus memantau dengan waspada setiap ancaman terhadap pemilihan AS," demikian pernyataan gabungan tersebut yang diteken oleh kepala masing-masing lembaga seperti diberitakan Reuters, Rabu (6 November 2019).
Berita Terkait:
- Senat AS: Hacker Rusia Serang Sistem Pemilu 50 Negara Bagian
- AS Khawatir Ransomware Ancam Sistem Pendaftaran Pemilu 2020
- AS Sanksi 7 Warga Rusia Terkait Serangan Siber Pemilu 2018
Seperti diketahui, AS selalu khawatir adanya intrupsi peretas (hacker) yang menggangu mesin-mesin elektronik pemilu. Ini merujuk pada kajian yang dikeluarkan badan intelijen AS pada Januari 2017. Kajian itu menyebutkan, bahwa Rusia dianggap telah ikut campur dalam Pilpres AS 2016 dan termasuk membantu kemenangan Donald Trump menjadi presiden.
Setahun kemudian, pada Februari 2018, Departemen Kehakiman membentuk Gugus Tugas Cyber Digital pertama dengan misi melindungi pemilihan AS di masa depan dari campur tangan asing.
Berita Terkait:
- Microsoft Tuding Grup Peretas Iran Targetkan Capres AS 2020
- Ratusan Domain Web Palsu Terkait Pemilu AS 2020 Bermunculan
Dugaan campur tangan asing tersebut pun masih diperdebatkan karena tidak ada bukti bahwa Trump dibantu asing. Terlebih, pada Mei lalu, Robert Mueller, penyelidik khusus yang memimpin tugas untuk menyelidiki kasus dugaan intervensi Rusia itu, tak menemukan bukti kolusi dengan agen Rusia. Namun, kata Mueller, hal itu tak membuat Trump bebas dari segala kecurigaan.